Anak pandai, si otak encer...
Demikianlah kebanggan setiap orang tua.
Siapa yang tidak ingin memiliki generasi berotak "encer"...? tentu semua orang menginginkannya, walapun pada dasarnya setiap manusia telah diberi keistimewaan masing-masing namun kadang masih ada orang tua yang menganggap sang "buah" hati belum cerdas...apa lagi kata "jenius".
Ada pameo berbunyi: Jenius & Gila, beda tipis... benar g gan...?
Demikianlah kebanggan setiap orang tua.
Siapa yang tidak ingin memiliki generasi berotak "encer"...? tentu semua orang menginginkannya, walapun pada dasarnya setiap manusia telah diberi keistimewaan masing-masing namun kadang masih ada orang tua yang menganggap sang "buah" hati belum cerdas...apa lagi kata "jenius".
Ada pameo berbunyi: Jenius & Gila, beda tipis... benar g gan...?
Ingat Bung...
Setiap individu dari kita telah dikaruniai bakat masing-masing oleh sang pencipta, ada yang langsung paham dengan rumus-rumus kimia-fisika-matematika, ada yang sangat fasih dengan ilmu-ilmu hafalan seperti bidang geografi, bahasa, seni dan tentu bidang hukum.
Hanya semua itu tinggal kita sebagai orang tua yang harus "dapat" mengarahkannya, akan dibuat seperti apakah sang "buah" hati sebagai generasi penerus, sebab...seorang anak dapat diibaratkan sebagai sehelai kertas "putih", kita... orang tuanyalah yang seharusnya dapat memulai memberikan catatan-catatan kecil kepadanya sebagai "pembuka" jalan meniti kehidupannya dikelak kemudian hari.
Setiap individu dari kita telah dikaruniai bakat masing-masing oleh sang pencipta, ada yang langsung paham dengan rumus-rumus kimia-fisika-matematika, ada yang sangat fasih dengan ilmu-ilmu hafalan seperti bidang geografi, bahasa, seni dan tentu bidang hukum.
Hanya semua itu tinggal kita sebagai orang tua yang harus "dapat" mengarahkannya, akan dibuat seperti apakah sang "buah" hati sebagai generasi penerus, sebab...seorang anak dapat diibaratkan sebagai sehelai kertas "putih", kita... orang tuanyalah yang seharusnya dapat memulai memberikan catatan-catatan kecil kepadanya sebagai "pembuka" jalan meniti kehidupannya dikelak kemudian hari.
Dengan berbagai kemajuan peradaban abad ini, tentu orang tua akan lebih mudah dalam mengarahkan si "buah" hati sesuai minat-bakat dan kemampuannya, hal ini tentu sangat berbeda dengan jaman orang tua di era 90an kebawah yang segala prasarana pendidikan masih sangat minim, tingkat pengetahuanpun masih sejauh sepenggal galah. Namun demikian tatangan orang tua di abad modern juga tidaklah mudah, apalagi era modernitas saat ini semuanya telah menjadi "global", dari kebutuhan primer hingga kebutuhan sekunder, termasuk internet di dalamnya.
Oleh karena itu, di era saat ini, orang tua harus dapat lebih selektif, harus bisa up to date
sekaligus harus dapat mewadahi naluri alamiah si anak, yakni sifat
"selalu" ingin tahu akan hal-hal baru. Dengan sifat keingintahuan si
anak yang selalu haus, tentu orang tua juga harus dapat berperan sebagai
guru, pengawal sekaligus teman bermain walaupun anda telah memiliki
anggaran bagi "semua" kebutuhan dalam pendidikan.
Membahas mengenai kepandaian/kejeniusan, tentu kita tidak bisa lepas dari 3 sisi kecerdasan yang dapat dikatakan sebagai kecerdasan yang "hampir " sempurna, yaitu penggabungan ketiga elemen tersebut, sisi Spiritual, sisi Emosional dan sisi Intelektual.
Skala Wechsler yang umum digunakan untuk memperoleh tingkat kecerdasan kecerdasan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kemampuan kecerdasan verbal (VIQ) dan kemampuan untuk menampilkan kecerdasan (PIQ).
Menurut Howard Gardner
Sementara itu, menurut Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari Harvard University, mengatakan ada delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, seperti:
Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu memahami dan menikmati alam
dan menggunakannya secara produktif dan mengembangkan pengetahuan
tentang alam. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini yang
mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan perilaku hewan, dan
bahagia kegiatan di luar ruangan atau alami. Kecerdasan ini biasanya
dimiliki oleh petani, nelayan, pejalan kaki, dan pemburu.
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall (2001) menegaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun IQ dan EQ.
Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Sedangkan, spiritual dalam SQ berasal dari bahasa Latin sapientia (sophia) dalam bahasa Yunani yang berati ’kearifan’ (Zohar dan Marshall, 2001). Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri, yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan.
Sedangkan Agustian (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk meberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah.
Dari pengertian kecerdasan spiritual menurut beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar sesama makhluk hidup.
Adapun ciri- ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2001) dan Sinetar (2001) dalam Rachmi (2010) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki Kesadaran Diri
Memiliki kesadaran diri yaitu adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan menanggapinya.
Definisi Kecerdasan
Ada beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, karakter, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tidak termasuk hal-hal ini dalam hal definisi kecerdasan. Intelektual umumnya mengacu pada kemampuan atau kapasitas mental untuk berpikir, tapi tidak ada definisi yang memuaskan kecerdasan Stenberg dan Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif.
Struktur kecerdasan Menurut Beberapa Ahli
Menurut L.L. Thurstone
Kecerdasan dapat dibagi menjadi dua kecerdasan umum biasa disebut sebagai faktor-g dan kecerdasan tertentu. Tapi pada dasarnya kecerdasan dapat diselesaikan. Berikut adalah spesifikasi distribusi menurut LL Thurstone:
Ada beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, karakter, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tidak termasuk hal-hal ini dalam hal definisi kecerdasan. Intelektual umumnya mengacu pada kemampuan atau kapasitas mental untuk berpikir, tapi tidak ada definisi yang memuaskan kecerdasan Stenberg dan Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif.
Struktur kecerdasan Menurut Beberapa Ahli
Menurut L.L. Thurstone
Kecerdasan dapat dibagi menjadi dua kecerdasan umum biasa disebut sebagai faktor-g dan kecerdasan tertentu. Tapi pada dasarnya kecerdasan dapat diselesaikan. Berikut adalah spesifikasi distribusi menurut LL Thurstone:
- Pemahaman dan kemampuan verbal
- Angka dan hitungan
- Kemampuan visual
- Daya ingat
- Penalaran
- Kecepatan perseptual
Skala Wechsler yang umum digunakan untuk memperoleh tingkat kecerdasan kecerdasan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kemampuan kecerdasan verbal (VIQ) dan kemampuan untuk menampilkan kecerdasan (PIQ).
Menurut Howard Gardner
Sementara itu, menurut Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari Harvard University, mengatakan ada delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, seperti:
- Kecerdasan linguistik
Orang yang memiliki kecerdasan ini
adalah seseorang yang tahu bagaimana untuk memproses kata-kata ketika
berbicara atau menulis. Jenis orang biasanya seperti teka-teki silang,
bermain scrable, membaca, dan dapat menafsirkan bahasa tertulis jelas.
Jika orang memiliki kecerdasan ini, maka pekerjaan yang cocok adalah
seorang jurnalis, penyair, atau pengacara.
- Kecerdasan matematik atau logika
Kecerdasan ini adalah tipe orang yang
memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka mudah untuk
membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab dan
akibat, membuat hipotesis, dan pandangan rasional terhadap kehidupan.
Sebuah pekerjaan yang cocok jika kecerdasan ini adalah ilmuwan, akuntan,
atau progammer.
- Kecerdasan spasial
Mereka yang jatuh ke dalam jenis ini
memiliki sensitivitas yang tajam untuk visual, keseimbangan, warna,
garis, bentuk, dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat sketsa
ide dengan jelas. Sebuah pekerjaan yang cocok untuk jenis kecerdasan
adalah seorang arsitek, fotografer, desainer, pilot, atau insinyur.
- Kecerdasan kinetik dan jasmani
Tipe orang ini mampu untuk
mengekspresikan ide dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan aktivitas
fisik mengandalkan. Pekerjaan yang mereka cocok untuk atlet, pengrajin,
mekanik, dan penjahit.
- Kecerdasan musikal
Mereka yang jatuh ke dalam jenis ini
dapat mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati musik dan bentuk
suara. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal seperti bersiul,
mudah menghafal lagu-lagu baru untuk didengar, menguasai salah satu
instrumen tertentu, sensitif terhadap suara sumbang, dan suka bekerja
sambil bernyanyi. Sebuah pekerjaan yang cocok bagi mereka adalah
penyanyi atau penulis lagu.
- Kecerdasan interpersonal
Jenis orang biasanya memahami dan peka
terhadap perasaan, niat, motivasi, karakter, dan temperamen orang lain.
Selain itu, mereka juga mampu membangun kontak mata dengan baik,
menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, dan mendorong orang lain
untuk menyampaikan cerita. Pekerjaan yang cocok untuk tipe orang, antara
lain networker, negosiator, atau guru.
- Kecerdasan intrapersonal
Tipe orang ini memiliki kecerdasan
pengetahuan diri dan mampu bertindak adaptif berdasarkan pengenalan
diri. Karakteristik yang suka bekerja sendiri, cenderung mengabaikan,
sering merenungkan diri sendiri, dan memahami kekuatan dan kelemahan.
Sebuah pekerjaan yang cocok untuk mereka yaitu konselor atau teolog.
- Kecerdasan naturalis
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall (2001) menegaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun IQ dan EQ.
Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Sedangkan, spiritual dalam SQ berasal dari bahasa Latin sapientia (sophia) dalam bahasa Yunani yang berati ’kearifan’ (Zohar dan Marshall, 2001). Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri, yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan.
Sedangkan Agustian (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk meberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah.
Dari pengertian kecerdasan spiritual menurut beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar sesama makhluk hidup.
Adapun ciri- ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2001) dan Sinetar (2001) dalam Rachmi (2010) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki Kesadaran Diri
Memiliki kesadaran diri yaitu adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan menanggapinya.
Memiliki Visi Memiliki visi yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidup dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
2. Bersikap Fleksibel
Bersikap fleksibel yaitu mampu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki pandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan), dan efisien tentang realitas.
3. Berpandangan Holistik
Berpandangan holistik yaitu melihat bahwa diri sendiri dan orang lain saling terkait dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan memanfaatkan, melampaui kesengsaraan dan rasa sehat, serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya.
4. Melakukan Perubahan
Melakukan perubahan yaitu terbuka terhadap perbedaan, memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi dan status quo dan juga menjadi orang yang bebas merdeka.
5. Sumber Inspirasi
Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain dan memiliki gagasan-gagasan yang segar.
6. Refleksi Diri
Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan apakah yang mendasar dan pokok.
Kecerdasan Emosional
Goleman (2006) berpendapat bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran- pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan kecerdasan untuk bertindak. Sedangkan untuk definisi kecerdasan emosional, Goleman berpendapat bahwa kecerdasan emosional sebagai kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.
Salovey dalam Goleman (2006) dalam Rachmi (2010) mengemukakan kemampuan seseorang dalam mengelola kecerdasan emosi terdiri dari:
1. Mengenali emosi diri (self awareness)
Merupakan kemampuan dari dalam diri mengenai sauna hati, maupun pikiran kita mengenai suasana hati tersebut. Unsur- unsur pengenalan diri adalah kesadaran emosi,penilaian diri secara teliti, dan percaya diri.
Goleman (2006) berpendapat bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran- pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan kecerdasan untuk bertindak. Sedangkan untuk definisi kecerdasan emosional, Goleman berpendapat bahwa kecerdasan emosional sebagai kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.
Salovey dalam Goleman (2006) dalam Rachmi (2010) mengemukakan kemampuan seseorang dalam mengelola kecerdasan emosi terdiri dari:
1. Mengenali emosi diri (self awareness)
Merupakan kemampuan dari dalam diri mengenai sauna hati, maupun pikiran kita mengenai suasana hati tersebut. Unsur- unsur pengenalan diri adalah kesadaran emosi,penilaian diri secara teliti, dan percaya diri.
2. Mengelola emosi (self regulation)
Adalah kecakapan dalam menyeimbangkan emosi, bukan kemampuan emosi. Karena emosi sendiri diperlukan untuk member warna dalam kehidupan. Unsure- unsure mengelola emosi terdiri atas kendali diri, sifat dapat dipercaya, kehati- haian, adaptabilitas, dan inovasi.
3. Memotivasi diri sendiri (motivation)
Kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu: dorongan prestasi, inisiatif, komitmen, dan optimisme.
Adalah kecakapan dalam menyeimbangkan emosi, bukan kemampuan emosi. Karena emosi sendiri diperlukan untuk member warna dalam kehidupan. Unsure- unsure mengelola emosi terdiri atas kendali diri, sifat dapat dipercaya, kehati- haian, adaptabilitas, dan inovasi.
3. Memotivasi diri sendiri (motivation)
Kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu: dorongan prestasi, inisiatif, komitmen, dan optimisme.
4. Mengenali emosi orang lain (emphaty)
Merupakan kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain. Empati dibangun atas dasar kesadaran diri. Unsure- unsure kemampuan mengenali emosi orang lain adalah: memahami orang lain, mengembangkan orang lain, orientasi pelayanan, dan memanfaatkan keragaman.
Merupakan kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain. Empati dibangun atas dasar kesadaran diri. Unsure- unsure kemampuan mengenali emosi orang lain adalah: memahami orang lain, mengembangkan orang lain, orientasi pelayanan, dan memanfaatkan keragaman.
5. Membina hubungan (social skill)
Adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur ketrampilan sosial, yaitu: pengaruh, komunikasi, manajemen konflik, kepemimpinan, katalisator perubahan, membangun hubungan, kolaborasi dan kooperasi, serta kemampuan tim.
Kecerdasan Intelektual
Pengertian kecerdasan intelektual menurut para ahli beserta contohnya- Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan instrumen psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga saran bahwa IQ adalah pria dengan usia mental rasio usia kronologis.
Adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur ketrampilan sosial, yaitu: pengaruh, komunikasi, manajemen konflik, kepemimpinan, katalisator perubahan, membangun hubungan, kolaborasi dan kooperasi, serta kemampuan tim.
Kecerdasan Intelektual
Pengertian kecerdasan intelektual menurut para ahli beserta contohnya- Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan instrumen psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga saran bahwa IQ adalah pria dengan usia mental rasio usia kronologis.
Pengertian Kecerdasan Intelektual
Di mana bunga dalam mengarahkan tindakan menuju tujuan dan dorongan untuk bertindak.
Seperti apa punya IQ dan EQ tanpa SQ?
Banyak orang cakap dan pintar di dunia ini, salah satunya adalah kaum "zionis" saat ini. Kita semua mengenal berbagai kemajuan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh kelompok "zionis", seperti "kontrol" terhadap system keuangan negeri "Paman Sam" Amerika juga kontrol terhadap hampir seluruh aspek kehidupan ummat manusia sehingga mampu mempengaruhi sebagian belahan dunia untuk berada di dalam kekuasaannya, namun itu semua ada tujuan-tujuan yang tersembunyi jauh dari kebenaran ilahiah. Tujuan yang "tidak" mulia. Itulah gambaran cakap IQ dan EQ namun tanpa SQ, tidak menyadari makna/value dalam diri serta siapa dirinya dan untuk apa dirinya diciptakan.
Kecerdasan intelektual adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti
kemampuan untuk berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir
abstrak, memahami ide-ide, penggunaan bahasa , dan pembelajaran. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.
Faktor yang memengaruhi kecerdasan Intelektual
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan intelektual, yaitu:
Faktor yang memengaruhi kecerdasan Intelektual
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan intelektual, yaitu:
- Faktor bawaan atau biologis
Di mana bunga dalam mengarahkan tindakan menuju tujuan dan dorongan untuk bertindak.
- Faktor pembentukan atau lingkungan
- Faktor kematangan
- Faktor kebebasan
Seperti apa punya IQ dan EQ tanpa SQ?
Banyak orang cakap dan pintar di dunia ini, salah satunya adalah kaum "zionis" saat ini. Kita semua mengenal berbagai kemajuan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh kelompok "zionis", seperti "kontrol" terhadap system keuangan negeri "Paman Sam" Amerika juga kontrol terhadap hampir seluruh aspek kehidupan ummat manusia sehingga mampu mempengaruhi sebagian belahan dunia untuk berada di dalam kekuasaannya, namun itu semua ada tujuan-tujuan yang tersembunyi jauh dari kebenaran ilahiah. Tujuan yang "tidak" mulia. Itulah gambaran cakap IQ dan EQ namun tanpa SQ, tidak menyadari makna/value dalam diri serta siapa dirinya dan untuk apa dirinya diciptakan.
Berangkat dari hal diatas, maka kami nukilkan beberapa tips agar sang "buah" hati anda memiliki otak yang "encer" dari sisi Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ) sebagai berikut:
Melakukan hal-hal menyenangkan tak diragukan lagi dapat meningkatkan
kecerdasan kognitif bahkan kecerdasan lainnya. Jika belajar secara
konvensional mulai terasa membosankan, Ilmuan menyarankan anda melakukan
hal-hal yang anda sukai agar otak menjadi lebih rileks.
Anda
sudah menyiapkan hal-hal yang buah hati sukai...? Jika masih bingung....berikut
7 hal yang dapat anda lakukan untuk meningkatkan kemampuan otak si buah hati...
1. Bermain Alat Musik
Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik dan memainkan alat musik meningkatkan kapasitas memori. Bermain alat musik juga mengajarkan Anda untuk bersabar dan tekun, karena butuh waktu dan usaha untuk belajar alat musik. Hobi ini juga meningkatkan konsentrasi Anda.
Anda dapat memilih alat musik favorit anda atau yang anda kuasai sekarang. Bermainlah secara rutin atau bisa juga saat anda merasa bosan dengan kegiatan lain.
2. Mempelajari Bahasa Baru
Proses mempelajari bahasa baru termasuk tugas seperti menganalisa struktur gramatik dan mengenal kosa kata baru akan secara otomatis meningkatkan kecerdasan dan kesehatan otak Anda.
Berbagai eksperimen juga memebuktikan, bahwa orang yang kecerdasan verbal-linguistiknya tinggi memilki kemampuan hebat dalam menyusun rencana, mengambil keputusan, dan menyelesaikan masalah.
Anda bisa mencoba belajar bahasa populer didunia seperti Inggris, Arab, Jerman atau Spanyol.
3. Membaca
Membaca akan menambah pembendaharaan pengetahuan anda dan meningkatkan focus. Kemampuan menganalisa masalah anda akan meningkat dengan sering membaca.
Anda bisa membaca apa saja mulai dari Buku, Novel, Koran, Kitab Suci bahkan artikel di Internet.
Paling tidak sempatkan 2 jam dalam sehari untuk membaca.
4. Travelling atau Liburan
Dengan travelling dan liburan, otak dan otot anda akan terasa rileks dan bebas dari keseharian anda yang penat dan menguras energi.
Di negara maju, travelling & liburan sudah menjadi menu wajib tahunan untuk melepas kepenatan kerja. Setelahnya anda akan merasa lebih focus dan produktif.
5. Bermain Games
Jangan sepelekan bermain games. Selain membawa efek 'Euforia' bagi otak, games juga mengasah kemampun berpikir anda untuk menyelesaikan tantangan dan masalah.
Games apa saja bisa anda mainkan terutama games yang mengasah kemampun otak seperti Sudoku dan Scrabble. Bermain games-lah dengan teratur dan bijak karena games bisa membuat ketagihan dan akhirnya banyak aktivitas lain yang terhambat.
Dan hal yang perlu diperhatikan oleh para orang tua adalah mengenai lingkungan si "buah" hati, sebab bagaimanapun baik dan ketatnya "dasar" pendidikan yang telah anda berikan kepada si "buah" hati, semuanya bisa saja lenyap dari diri si anak apabila "salah" dalam memilih lingkungan bergaul (sebagai lingkungan belajar), oleh sebab itu faktor lingkungan pergaulan merupakan faktor sangat penting dalam tumbuh kembang si "buah" hati.
Lingkungan belajar menurut Achmad Munib (2011) adalah lingkungan dimana diselenggarakannya proses pendidikan, lingkungan belajar sendiri merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan belajar dijabarkan lagi menjadi tiga, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga
Hasbullah dalam Erlina (2011) mengungkapkan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama yang dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua. Hubungan yang harmonis dalam keluarga akan membantu anak dalam melakukan aktivitas belajarnya. Selain itu, suasana rumah, pendidikan orang tua, keadaan ekonomi keluarga dan hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis turut berpengaruh juga.
Hasbullah dalam Erlina (2011) mengungkapkan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama yang dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua. Hubungan yang harmonis dalam keluarga akan membantu anak dalam melakukan aktivitas belajarnya. Selain itu, suasana rumah, pendidikan orang tua, keadaan ekonomi keluarga dan hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis turut berpengaruh juga.
2. Lingkungan Sekolah
Achmad Munib (2011) menyatakan bahwa lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang terbentuk secara formal kelembagaan.
Achmad Munib (2011) menyatakan bahwa lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang terbentuk secara formal kelembagaan.
3. Lingkungan masyarakat
Wiji Suwarno dalam Erlina (2011) memberikan definisi mengenai lingkungan masyarakat, yaitu lingkungan pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis. Slameto berpendapat bahwa lingkungan masyarakat yang ada disekitar sswa berpengaruh pada prestasi belajar siswa tersebut. Lingkungan yang baik, tenang, keadaan masyarakat yang terpelajar, tentu akan berbeda pengaruhnya jika dibandingkan dengan lingkungan masyarakat yang kurang kondusif, dan masyarakan yang kurang terpelajar.
Hasil akhir dari semua usaha diatas adalah prestasi belajar anak yang acap kali digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan anak dalam belajar.
Belajar merupakan kegiatan untuk mencari pengetahuan baru, dengan demikian seseorang yang melakukan kegiatan belajar berarti berusaha mengurangi ketidak tahuannya akan suatu hal. Namun dalam tataran pendidikan formal di Indonesia, untuk mengetahui progress siswa yang dari tidak tahu menjadi tahu maka dilakukanlah sebuah evaluasi belajar.
Hasil evaluasi ini biasanya dinyatakan dengan simbol angka atau huruf. Dari hasil evaluasi ini maka akan segera diketahui prestasi belajar siswa tersebut, namun demikian betulkah prestasi belajar anak harus terpaku pada hasil evaluasi pendidikan formal...?
Jawaban anda, menentukan sikap bijak anda...
Belajar merupakan kegiatan untuk mencari pengetahuan baru, dengan demikian seseorang yang melakukan kegiatan belajar berarti berusaha mengurangi ketidak tahuannya akan suatu hal. Namun dalam tataran pendidikan formal di Indonesia, untuk mengetahui progress siswa yang dari tidak tahu menjadi tahu maka dilakukanlah sebuah evaluasi belajar.
Hasil evaluasi ini biasanya dinyatakan dengan simbol angka atau huruf. Dari hasil evaluasi ini maka akan segera diketahui prestasi belajar siswa tersebut, namun demikian betulkah prestasi belajar anak harus terpaku pada hasil evaluasi pendidikan formal...?
Jawaban anda, menentukan sikap bijak anda...
Semoga bermanfaat...
Salam hangat
0 komentar:
Post a Comment