Nah... setelah anda menyimak artikel kami sebelumnya, yakni Sejarah "Kaki Besi" Bagian I dan Bagian II, berikut ini mengulas Sejarah "Kaki Besi" Kereta Api Dunia Bagian III, yang berisi "Sejarah Perkeretaapian Indonesia", sesuai dengan episode "gerbong" bersambung yang telah kami informasikan sebelumnya, maka dalam gerbong artikel kali ini berisi tentang "Sejarah KA di Tanah Air Indonesia".
Selamat menyimak...
Selamat menyimak...
Dari literatur keberadaan perkeratapian Indonesia, Kereta
Api Pertama di Indonesia diketahui keberadaannya pada tahun 1867, berikut untaian "manikam" perjalanan sejarahnya:
Kehadiran Kereta Api
pertama di Indonesia
dimulai sejak Tanam Paksa hingga perusahaan warisan VOC tersebut
dinasionalisasikan, Djawatan Kereta Api
(DKA) berdiri setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 28
September 1945
atau sekitar sebulan setelah proklamasi. Di bawah ini adalah sejarah
perkeretaapian di Indonesia pada rentang tahun 1875-1925 dan dalam bentuk
sketsa. [1]
Sedangkan
pembangunan Kereta api pertama di Indonesia
dibangun tahun 1867 di Semarang dengan rute Samarang NIS-Tanggung yang berjarak
26 km, atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan militer di Semarang
maupun hasil bumi ke Gudang Semarang. Kemudian dalam melayani kebutuhan akan
pengiriman hasil bumi dari Indonesia, maka Pemerintah
Kolonial Belanda sejak tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api,
dengan muara pada pelabuhan Tanjung
Priok Jakarta
dan Tanjung
Perak Surabaya.
Pra-kemerdekaan
Gambaran keadaan
kereta api di Indonesia pada masa djaman doeloe perlu dilestarikan,
sehingga generasi mendatang bisa menghayati dan betapa pentingnya pembangunan
kereta api. Memang pada masa itu nama kereta api sudah tepat, karena
kereta dijalankan dengan api dari pembakaran batu bara
atau kayu. Sedangkan sekarang sudah memakai diesel atau listrik, sehingga lebih
tepat kalau disebut kereta rel, artinya kereta yang berjalan di atas rel
dengan diesel ataupun listrik. Informasi tersebut sangat langka.
Setelah Tanam
Paksa diberlakukan oleh van
den Bosch pada tahun 1825-1830,
ide tentang perkeretaapian Indonesia diajukan dengan tujuan untuk mengangkut
hasil bumi dari Sistem Tanam Paksa tersebut. Salah satu alasan yang mendukung
adalah tidak optimalnya lagi penggunaan jalan raya
pada masa itu. Akhirnya, pada 1840, Kolonel J.H.R. Van der Wijck mengajukan
proposal pembangunan jalur Kereta Api di Hindia Belanda.[2]
Pada hari Jumat, tanggal 17 Juni 1864, kereta api (KA) pertama di Indonesia lahir. Pembangunan diprakarsai oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dengan rute Kemijen-Tanggung yang berjarak 26 km dengan lebar jalur 1.435 mm (lebar jalur SS - Staatsspoorwegen adalah 1.067 mm atau yang sekarang dipakai), atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang.
Pembangunan Pertama [3]
Pada hari Jumat, tanggal 17 Juni 1864, kereta api (KA) pertama di Indonesia lahir. Pembangunan diprakarsai oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dengan rute Kemijen-Tanggung yang berjarak 26 km dengan lebar jalur 1.435 mm (lebar jalur SS - Staatsspoorwegen adalah 1.067 mm atau yang sekarang dipakai), atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang.
Pembangunan Pertama [3]
Pencangkulan tanah pertama dilakukan di Desa Kemijen dan diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr. L.A.J.W. Baron Sloet van de Beele. Namun jalur ini dibuka untuk umum tiga tahun berikutnya, hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Hingga tahun 1873 tiga kota di Jawa Tengah, yaitu Semarang, Solo, dan Yogyakarta sudah berhasil dihubungkan.[6][7][8]
Kemudian dalam melayani kebutuhan akan pengiriman hasil bumi dari Indonesia, maka Pemerintah Kolonial Belanda telah membangun berbagai jaringan "Kaki Besi" Kereta Api, dengan muara pada pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya. Semarang meskipun strategis, tetapi tidak ada pelabuhannya untuk barang, sehingga barang dikirim ke Batavia atau Soerabaja.
Kereta listrik
pertama beroperasi 1925, menghubungkan Weltevreden
dengan Tandjoengpriok.
Masa politik kolonial liberal rupanya mengakibatkan Pemerintah Belanda enggan mendirikan perusahaannya dan justru memberikan kesempatan luas bagi perusahaan-perusahaan (KA) swasta. Namun sayangnya, perusahaan swasta itu tidak memberikan keuntungan berarti (apalagi NIS masih membutuhkan bantuan keuangan dari Pemerintah Kolonial), maka Departemen Urusan Koloni mendirikan operator KA lain, Staatsspoorwegen, yang membentang dari Buitenzorg hingga Surabaya. Pertama dibangun di kedua ujungnya, jalur pertama di Surabaya dibuka pada tanggal 16 Mei 1878 dan terhubung pada tahun 1894.
Selain itu, muncul juga lima belas operator KA swasta di Jawa yang menamakan dirinya sebagai "perusahaan trem uap", namun meskipun namanya demikian, perusahaan itu sudah dapat dianggap sebagai operator KA regional.
Sebagai perusahaan kolonial, sebagian besar jalur KA di Indonesia mempunyai dua tujuan: ekonomis dan strategis. Nyatanya, syarat bantuan keuangan NIS antara lain membangun rel KA ke Ambarawa, yang memiliki benteng bernama Willem I (yang diambil dari nama Raja Belanda). Jalur KA negara pertama dibangun melalui pegunungan selatan Jawa, selain daerah datar di wilayah utara Jawa, untuk alasan strategis sama. Jalur KA negara di Jawa menghubungkan Anyer (lintas barat) menuju Banyuwangi (lintas timur).
Perkembangan di luar Jawa[3]
Pembangunan rel KA di Aceh, menghubungkan Banda Aceh hingga Pelabuhan Uleelhee, dengan lebar sepur 1.067 mm, yang digunakan untuk keperluan militer. Kemudian, lebar sepur yang sebelumnya 1.067 mm kemudian diganti menjadi 750 mm membentang ke selatan. Jalur ini kemudian berpindah kepemilikan dari Departemen Urusan Perang kepada Departemen Urusan Koloni tanggal 1 Januari 1916 menyusul perdamaian relatif di Aceh.
Ada pula jalur kereta api di Ranah Minangkabau (dibangun pada tahun 1891-1894) dan Sumatera Selatan (dibangun tahun 1914-1932). Kedua jalur ini digunakan untuk melintas layanan KA batu bara dari pertambangan bawah tanah menuju pelabuhan.
Untuk di Sumatera Utara, ada perusahaan KA bernama Deli Spoorweg Maatschappij yang banyak mengangkut karet dan tembakau di daerah Deli.
Pembangunan jalur Kereta Api di Sulawesi Selatan pada bulan Juli 1922 hingga 1930;
Sebagai bagian dari proyek besar-besaran pembangunan jalur rel di Kalimantan dan Sulawesi, menggabungkan sistem rel KA di Sumatera, serta elektrifikasi jalur KA utama di Jawa.
Keberhasilan
swasta, NIS membangun jalan KA antara Samarang-Tanggung,
yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat
menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk
membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan
panjang jalan rel antara 1864 - 1900
tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km,
tahun 1880 mencapai
405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.
Masa politik kolonial liberal rupanya mengakibatkan Pemerintah Belanda enggan mendirikan perusahaannya dan justru memberikan kesempatan luas bagi perusahaan-perusahaan (KA) swasta. Namun sayangnya, perusahaan swasta itu tidak memberikan keuntungan berarti (apalagi NIS masih membutuhkan bantuan keuangan dari Pemerintah Kolonial), maka Departemen Urusan Koloni mendirikan operator KA lain, Staatsspoorwegen, yang membentang dari Buitenzorg hingga Surabaya. Pertama dibangun di kedua ujungnya, jalur pertama di Surabaya dibuka pada tanggal 16 Mei 1878 dan terhubung pada tahun 1894.
Selain itu, muncul juga lima belas operator KA swasta di Jawa yang menamakan dirinya sebagai "perusahaan trem uap", namun meskipun namanya demikian, perusahaan itu sudah dapat dianggap sebagai operator KA regional.
Sebagai perusahaan kolonial, sebagian besar jalur KA di Indonesia mempunyai dua tujuan: ekonomis dan strategis. Nyatanya, syarat bantuan keuangan NIS antara lain membangun rel KA ke Ambarawa, yang memiliki benteng bernama Willem I (yang diambil dari nama Raja Belanda). Jalur KA negara pertama dibangun melalui pegunungan selatan Jawa, selain daerah datar di wilayah utara Jawa, untuk alasan strategis sama. Jalur KA negara di Jawa menghubungkan Anyer (lintas barat) menuju Banyuwangi (lintas timur).
Perkembangan di luar Jawa[3]
Selain
di Jawa,
pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga
telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang
pengoperasiannya dilakukan tanggal 1
Juli 1923,
sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat
diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA
Pontianak
- Sambas (220
Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga
pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA, namun Depresi Besar telah membatalkan
upaya ini sehingga hanya studi pembangunan jalur KA yang telah selesai
dilakukan.
Pembangunan rel KA di Aceh, menghubungkan Banda Aceh hingga Pelabuhan Uleelhee, dengan lebar sepur 1.067 mm, yang digunakan untuk keperluan militer. Kemudian, lebar sepur yang sebelumnya 1.067 mm kemudian diganti menjadi 750 mm membentang ke selatan. Jalur ini kemudian berpindah kepemilikan dari Departemen Urusan Perang kepada Departemen Urusan Koloni tanggal 1 Januari 1916 menyusul perdamaian relatif di Aceh.
Ada pula jalur kereta api di Ranah Minangkabau (dibangun pada tahun 1891-1894) dan Sumatera Selatan (dibangun tahun 1914-1932). Kedua jalur ini digunakan untuk melintas layanan KA batu bara dari pertambangan bawah tanah menuju pelabuhan.
Untuk di Sumatera Utara, ada perusahaan KA bernama Deli Spoorweg Maatschappij yang banyak mengangkut karet dan tembakau di daerah Deli.
Pembangunan jalur Kereta Api di Sulawesi Selatan pada bulan Juli 1922 hingga 1930;
Sebagai bagian dari proyek besar-besaran pembangunan jalur rel di Kalimantan dan Sulawesi, menggabungkan sistem rel KA di Sumatera, serta elektrifikasi jalur KA utama di Jawa.
Pendudukan Jepang[3]
Sampai dengan
tahun 1939, panjang
jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya
berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena
dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk
pembangunan jalan KA di sana.
Semasa pendudukan Jepang, seluruh jalur KA (bahkan yang terpisah sekali pun) dikelola sebagai satu kesatuan. Sementara itu, di Sumatera, juga dikelola oleh cabang-cabang Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang, secara terpisah.
Semasa pendudukan Jepang, seluruh jalur KA (bahkan yang terpisah sekali pun) dikelola sebagai satu kesatuan. Sementara itu, di Sumatera, juga dikelola oleh cabang-cabang Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang, secara terpisah.
Dan juga, pendudukan Jepang akhirnya mengubah lebar sepur 1.435 mm di Jawa
menjadi 1.067 mm, sebagai penyelesaian masalah lebar sepur ganda. Ini
bukanlah "permasalahan nyata" karena tidak banyak perubahan materiil di
kedua sistem itu, banyak rel 1.435 mm dipasangi rel ketiga pada tahun
1940, menghasilkan rel dengan lebar sepur campuran.
Dengan demikian, jenis jalan rel KA
di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm
di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa
pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang
dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru.
Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru
diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500
orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta
sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran
sepanjang Muaro - Pekanbaru.
Jaringan rel
Pengembangan jaringan rel Kereta Api 1875 - 1925 dalam 4 tahap, yaitu:
Pengembangan jaringan rel Kereta Api 1875 - 1925 dalam 4 tahap, yaitu:
· 1875 - 1888,
· 1889 - 1899,
· 1900 - 1913
· 1914 - 1925.
Jaringan
setelah tahun 1875 hingga tahun 1888
Pembangunan Tahap I terjadi tahun 1876-1888. Awal pembangunan rel adalah 1876, berupa jaringan pertama di Hindia Belanda, antara Tanggung dan Gudang di Semarang pada tahun 1876, sepanjang 26 km. Setelah itu mulai dibangun lintas Semarang - Gudang. Pada tahun 1880 dibangun lintas Batavia (Jakarta) - Buitenzorg (Bogor) sepanjang 59 km, kemudian dilanjutkan ke Cicalengka melalui Cicurug - Sukabumi - Cibeber - Cianjur - Bandung. Pada tahun 1877 dibangun lintas Kediri - Blitar, dan digabungkan dengan lintas Surabaya - Cilacap lewat Kertosono - Madiun - Solo, dan juga lintas Jogya - Magelang.
Pembangunan Tahap I terjadi tahun 1876-1888. Awal pembangunan rel adalah 1876, berupa jaringan pertama di Hindia Belanda, antara Tanggung dan Gudang di Semarang pada tahun 1876, sepanjang 26 km. Setelah itu mulai dibangun lintas Semarang - Gudang. Pada tahun 1880 dibangun lintas Batavia (Jakarta) - Buitenzorg (Bogor) sepanjang 59 km, kemudian dilanjutkan ke Cicalengka melalui Cicurug - Sukabumi - Cibeber - Cianjur - Bandung. Pada tahun 1877 dibangun lintas Kediri - Blitar, dan digabungkan dengan lintas Surabaya - Cilacap lewat Kertosono - Madiun - Solo, dan juga lintas Jogya - Magelang.
Hingga tahun 1888 jaringan rel
terbangun adalah:
· Batavia - Buittenzorg - Sukabumi - Bandung -
Cicalengka
· Batavia - Tanjung Priok dan Batavia - Bekasi
· Cilacap - Kutoarjo - Yogya - Solo - Madiun - Sidoarjo
- Surabaya
· Kertosono - Kediri - Blitar
· Sidoarjo - Malang dan Bangil - Pasuruan -
Probolinggo
· Solo - Purwodadi - Semarang dan Semarang -
Rembang
· Tegal - Balapulang
Jaringan
setelah tahun 1889 hingga tahun 1899
Hingga tahun 1899 jaringan rel terbangun adalah:
Hingga tahun 1899 jaringan rel terbangun adalah:
· Djogdja - Tjilatjap
· Soerabaja - Pasoeroean - Malang
· Madioen - Solo
· Sidoardjo - Modjokerto
· Modjokerto - Kertosono
· Kertosono - Blitar
· Kertosono - Madioen - Solo
· Buitenzorg (Bogor) - Tjitjilengka
· Batavia - Rangkasbitung
· Bekasi - Krawang
· Cicalengka - Cibatu (Garut) - Tasikmalaya - Maos
- Banjarnegara
· Cirebon - Semarang dan Semarang - Blora
· Yogya - Magelang
· Blitar - Malang dan Krian - Surabaya
· Sebagian jalur Madura
Jaringan
setelah tahun 1899 hingga tahun 1913
Hingga tahun 1913 jaringan rel terbangun adalah:
· Rangkasbitung - Labuan dan Rangkasbitung - Anyer
· Krawang - Cirebon dan Cikampek - Bandung
· Pasuruan - Banyuwangi
· Seluruh jaringan Madura
· Blora - Bojonegoro - Surabaya
Jaringan
setelah tahun 1813 hingga tahun 1925
Hingga tahun 1925 jaringan rel terbangun adalah:
· Sisa jalur Pulau Jawa
· Elektrifikasi Jatinegara - Tanjung Priok
· Elektrifikasi Batavia - Bogor:
· Sumatera Selatan: Panjang - Palembang dan
· Sumatera Barat: sekitar Sawahlunto dan Padang
· Sumatera Utara: Tanjung Balai - Medan -
Pematangsiantar; dan Medan - Belawan - Pangkalansusu.
· Sulawesi: Makasar - Takalar dan rencana Makasar
- Maros - Sinkang
· Sulawesi Utara: rencana Manado - Amurang
· Kalimantan: rencana Banjarmasin - Amuntai; dan
rencana Pontianak - Sambas.
Untuk Kalimantan dan Sulawesi tidak
terlaksana karena baru akan dimulai dibangun tahun 1941 dan Perang Dunia II
meletus.
Masa
Pembangunan Stasiun
Berikut daftar stasiun besar:
Berikut daftar stasiun besar:
1. Stasiun Karanganyar - 1875
2. Stasiun Jakarta Kota - diresmikan 1929
3. Stasiun Tanjung Priok - 1914
4. Stasiun
Gambir (dulu Weltevreden) - 1914
5. Stasiun Jatinegara (dulu Meester Cornelis)
6. Stasiun
Manggarai - 1969
7. Stasiun Pasar Senen - 1916
8. Stasiun
Cikampek - 1894
9. Stasiun
Bogor - 1880
10. Stasiun
Bandung - 1887
11. Stasiun Yogyakarta - 1887
12. Stasiun Solo Balapan - 1876
13. Stasiun Semarang Tawang - 1873
14. Stasiun
Cirebon - 1920
15. Stasiun
Madiun - 1897
16. Stasiun Purwokerto - 1922
17. Stasiun
Malang - 1941
18. Stasiun Surabaya Kota - 1878 dan renovasi
1911
19. Stasiun Surabaya Gubeng - 1913
20. Stasiun Pasar Turi - 1938
Jaringan
kereta listrik Batavia - Buitenzorg 1918
Stasiun Bogor (Buitenzorg) dibangun tahun 1880 pada waktu membuat lintas Buitenzorg - Soekaboemi - Tjiandjoer - Tjitjalengka. Namun jaringan kereta listrik hanya ada di Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor) yang dibangun tahun 1918, kemudian tahun 1925 jaringan listrik juga dibuat ke Meester Cornelis (Jatinegara) ke Tandjoeng Priok.
Armada
Berbagai
Lokomotif Uap di Indonesia
Di Indonesia pernah ada lokomotif uap dari berbagai jenis, antara lain:
· Lokomotif
Uap Tahun 1871: Seri B Gordon, Manchester
· Lokomotif
Uap Tahun 1880: Seri C Manchester
· Lokomotif
Uap Tahun 1899: Seri BB Hartmann
· Lokomotif
Uap Tahun 1904: Seri CC Hartmann
· Lokomotif
Uap Tahun 1916: Seri DD ALCO (yang terbesar di Indonesia, kelas 2-8-8-0)
· Lokomotif
Uap Tahun 1951: Seri D 52 Krupp
Di Indonesia juga
ada lokomotif bergigi di jalur Ambarawa-Magelang dan Sumatera Barat. Foto
lokomotif uap yang pernah ada di Indonesia tersebut di atas (seri B, C, BB, CC,
DD dan D), dan hal ini tidak akan dapat lagi dilihat di museum maupun di depo
lokomotif stasiun seluruh Indonesia, lebih lanjut harap lihat di album: [4]
Lokomotif
Uap Terbesar di Indonesia: Seri DD 50, DD 51, dan DD 52
Di Indonesia tidak
ada lokomotif super besar sepert Big Boy, Challenger, atau Northern, namun kita
juga punya lokomotif terbesar dengan Seri DD 50, DD 51, dan DD 52. Lokomotif DD
52 adalah salah satu lokomotif mallet yang berada di Indonesia.
Seperti diketahui,
bahwa perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) pernah memesan dan memiliki
lokomotif besar (bukan Super Besar seperti yang di Amarika dengan Big Boy),
karena SS membutuhkan lokomotif dengan daya yang lebih kuat dari lokomotif yang
sudah ada maupun mampu berbelok dengan mulus pada tikungan yang tajam pada
jalur pegunungan di Jawa Barat.
Kemudian SS
memesan kepada ALCO di Amerika pada tahun 1916 hingga tahun 1923, berupa
lokomotif tipe Mallet generasi ketiga (DD 50), keempat (DD 51) dan kelima (DD
52) yang beroperasi di Indonesia. Ketiga seri lokomotif uap tersebut memiliki
susunan roda 2-8-8-0. Lokomotif DD50 memiliki berat 133 ton, panjang
20737 mm dan mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Lokomotif DD51
memiliki daya berat 137 ton, panjang 20737 mm dan mampu melaju hingga
kecepatan 40 km/jam (Seri DD 50 atau DD 51 mirip Northern). Lokomotif DD52
memiliki daya 1850 HP (horse power), berat 136 ton, panjang 20792 mm dan
mampu melaju hingga kecepatan 50 km/jam. Dengan spesifikasi teknis yang
seperti itu, maka lokomotif DD50, DD51 dan DD52 merupakan lokomotif uap
terbesar yang pernah beroperasi di Indonesia.
Pada tahun 1916,
SS memesan 8 unit lokomotif DD50 pabrik ALCO (American Locomotive Company,
Amerika Serikat). Kemudian pada tahun 1919, SS kembali memesan 12 unit
lokomotif DD51 ke pabrik ALCO dengan konstruksi yang sama dengan lokomotif DD50
namun dengan design teknis yang lebih baik. Lokomotif DD50 dan DD51 mampu
melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Pada tahun 1923, SS kembali memesan 10
unit lokomotif DD52 dengan konstruksi yang sama dengan lokomotif DD50/DD51
namun dengan kecepatan maksimum yang lebih tinggi yaitu 50 km/jam. Namun
pemesanan lokomotif DD52 ini dilayangkan kepada 3 (tiga) pabrik lokomotif di
Eropa (Hanomag/Jerman, Hartmann/Jerman and Werkspoor/Belanda).
Kereta api pada rel bergigi di Sumatera Barat dan
Ambarawa
Lokomotif
bergigi di Sumatera Barat (tahun 1920-an)
Di Indonesia
pernah beroperasi kereta api pada rel bergigi di Sumatera Barat dan Ambarawa,
yaitu kereta api yang beroperasi di daerah pegunungan dengan kemiringan lintas
rel sebesar 6% (lintas kereta umumnya hanya sampai 1% saja). Kini kereta api
tersebut masih dioperasikan untuk kepentingan pariwisata di Sumatera Barat dan
Ambarawa.
Bengkel
Lokomotif Uap di Madiun
Pada mulanya depo lokomotif uap ada di
seluruh stasiun di Indonesia, seperti Tanahabang Jakarta, Bandung, Purwokerto,
Kutoarjo, Pengok (bengkel lokomotif se-Jawa
di Yogyakarta),
Madiun, dan Gubeng (Surabaya), namun sejak
pemerintah mengimpor lokomotif diesel, maka Madiun telah ditetapkan
menjadi bengkel pusat lokomotif uap menggantikan bengkel Pengok. Sekarang
lokasi di Madiun dipakai untuk PT. Industri Kereta Api (PT. INKA).
Lokomotif
Uap terakhir di Indonesia
Pada tahun 1950,
Pemerintah RI melalui DKA (Djawatan Kereta Api) mengimpor lokomotif uap yang
terakhir yaitu seri D 52 dari pabrik Fried Krupp di Essen, Jerman sebanyak
100 buah dengan sistem kopel 2-8-2. Lokomotif ini sangat kuat
(bertenaga 1600 HP) dan dipakai di berbagai kebutuhan untuk penumpang, barang
maupun angkutan batu bara. Setelah beroperasi sekitar 30 tahun (D 52),
maka pengoperasian lokomotif uap berakhir seiring dengan adanya era peralihan
traksi uap menjadi traksi diesel. Lokomotif uap yang masih tersisa berada di
Ambarawa.
Jenis kereta
1876-1925
Kereta
penumpang adalah sarana untuk mengangkut penumpang, sedangkan untuk
mengangkut barang disebut gerbong sedangkan untuk mengangkut barang cair disebut ketel.[5][6]
Sejak dahulu, kereta dibuat secara lokal, dengan sasis dan rangka baja sedangkan bodi
dibuat dari kayu. Pada waktu itu belum ada pendingin
udara, sehingga kelas kereta dibedakan jenis kursi dan jumlah kursi per
kereta. Kelas 1 terdapat 3 tempat duduk per baris, kelas 2 terdapat 4 tempat
duduk per baris dan kelas 3 terdapat 5 tempat duduk per baris. Sehingga tiap
kereta kelas 3 terdapat 60-72 tempat duduk, sedangkan tiap kereta kelas 2
terdapat 24-32 tempat duduk dan kelas 1 terdapat 12 tempat duduk. Biasanya
kelas 1 dan kelas 2 menjadi satu, sedangkan kelas 3 tersendiri. Namun kelas 1,
kelas 2, dan kelas 3 dirangkai dalam satu rangkaian.
Jenis kereta
dan lokomotif listrik 1925
Di Jabodetabek,
KRL mulai dirintis tahun 1925. Awalnya, kereta tersebut ditarik oleh lokomotif listrik, salah
satunya seperti ESS 3201 yang kini masih terawat dengan baik karena
dilestarikan oleh Unit Heritage KAI sekarang.[7]
Pasca-kemerdekaan
Periode DKARI
Perebutan
kekuasaan
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan yang dahulu dimiliki oleh Belanda tidak serta-merta jatuh ke tangan Indonesia. Bahkan tersiar kabar bahwa Belanda berkeinginan agar perusahaan yang kelak disebut Djawatan Kereta Api (DKA) menjadi target pertama yang hendak direbut Sekutu lalu dikembalikan ke Staatsspoorwegen (SS). Bahkan, Menteri Perhubungan saat itu, Abikoesno Tjokrosoejoso, justru setuju apabila DKA dikembalikan ke tangan Belanda.[8]
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan yang dahulu dimiliki oleh Belanda tidak serta-merta jatuh ke tangan Indonesia. Bahkan tersiar kabar bahwa Belanda berkeinginan agar perusahaan yang kelak disebut Djawatan Kereta Api (DKA) menjadi target pertama yang hendak direbut Sekutu lalu dikembalikan ke Staatsspoorwegen (SS). Bahkan, Menteri Perhubungan saat itu, Abikoesno Tjokrosoejoso, justru setuju apabila DKA dikembalikan ke tangan Belanda.[8]
Pada tanggal 2
September 1945, Angkatan Pemoeda
Indonesia (API) menyelenggarakan pertemuan dengan grup revolusioner dari
buruh DKA. Pertemuan dilangsungkan di Gedung Menteng 31, Jakarta. API,
organisasi revolusioner Indonesia, dipimpin oleh Wikana, sedangkan
buruh kereta yang hadir dipimpin oleh Legiman Harjono.
Kesepakatannya adalah merebut DKA. Untuk melaksanakan hal tersebut, tenaga
revolusioner dari API diperbantukan di DKA untuk menyiapkan aksi perebutan.
Pada pukul 23.00, pertemuan lanjutan dilakukan di rumah dinas kepala Stasiun
Manggarai dan menghadirkan pegawai-pegawai DKA. Kesepakatannya adalah
merebut stasiun DKA dari tangan Jepang.[8]
Keesokan harinya,
pada 3
September 1945 pada pukul 09.30 hingga 12.00 kaum buruh DKA melakukan aksi
perebutan tersebut. Perebutan dilakukan di stasiun-stasiun di Jakarta. Pada
akhirnya, stasiun Jatinegara dan Manggarai
berhasil direbut oleh kaum buruh, menyusul kemudian Gambir,
Tanjung Priok, Pasar Senen, Jakarta Kota, dan lain-lain. Kantor DKA,
bengkel, dan dipo lokomotif berhasil direbut. Di Stasiun Jakarta Kota, sempat
terjadi aksi bentrok dengan tentara Jepang. Begitu selesai melakukan aksi, kaum
buruh membentuk "Dewan Buruh" di perusahaan dan membentuk
"Serikat Buruh Kereta Api (SBKA)". [8]
Sementara itu,
karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA)
juga mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Pada
tanggal 14
Oktober hingga 19 Oktober meletuslah pertempuran di Kota
Semarang. Perang ini sebenarnya meletus pada 15 Oktober,
namun pada 14 Oktober situasi sudah memanas. Salah satu tujuannya adalah
merebut Hoofdkantoor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (Lawang
Sewu). Banyak tokoh AMKA yang gugur dalam pertempuran ini. Keberhasilan
kaum buruh dan pemuda segera diikuti oleh perusahaan lainnya. Kaum buruh pun
membentuk beberapa serikat-serikat buruh.[8]
Peristiwa
bersejarah yang terjadi pada tanggal 28
September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah
anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945
kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak
diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia.
Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api
di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik
Indonesia" (DKARI).[3]
Kecuali DKARI ada
pula operator lain yang terpisah, Kereta Api Soematra Oetara Negara
Repoeblik Indonesia dan Kereta Api Negara Repoeblik Indonesia,
yang kesemuanya beroperasi di Sumatera. Selain itu, ada pula Verenigde
Spoorwegbedrijf (VS) yang merupakan gabungan dua belas operator kereta
api swasta pada masa Hindia Belanda.[9]
Pada akhirnya, DKARI dan Staatsspoorwegen en Verenigde Spoorwegbedrijf
(SS/VS) digabung menjadi satu sebagai Djawatan Kereta Api (DKA)[10]
KLB 3 Januari
1946
Ketika Jakarta
jatuh ke tangan Netherlands Indies Civil
Administration (NICA), ibukota Indonesia pindah ke Yogyakarta.
Pada tanggal 3
Januari 1946
pukul 18.00 WIB, Presiden Indonesia, Soekarno
beserta keluarga dan rombongan pejabat berangkat dari rumah kediaman di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56, menuju stasiun
Manggarai. Rangkaian kereta penumpang terdiri atas delapan gerbong yang
ditarik lokomotif C2849
eks-Staatsspoorwegen.[11][12]
Suasana selama
perjalanan keadaan sangat tegang. Di stasiun Manggarai, dilakukan manuver langsir gerbong
barang. Agar tidak mencurigakan, seluruh lampu gerbong dibiarkan gelap gulita.
Pada akhirnya, pada tanggal 4 Januari 1946 tiba di Kota
Yogyakarta dan untuk mengenangnya, diperkenalkanlah istilah kereta luar
biasa (KLB). Pada saat itu pula, ibukota negara pindah ke Yogyakarta.[13]
Dieselisasi
Pada tahun 1953, terjadi
perpindahan era lokomotif uap ke lokomotif
diesel di lingkungan perkeretaapian Indonesia, dikenal dengan sebutan dieselisasi.
Pada masa itu, lokomotif CC200 didatangkan dari Alco-GE (Amerika
Serikat) ke Indonesia. Lokomotif ini memiliki dua kabin masinis dan
bergandar Co'2'Co' (tiga bogie yang kedua bogie depan dan belakangnya
memiliki tiga gandar penggerak, sedangkan satu bogie tengah memiliki dua gandar
idle) karena rendahnya beban gandar.[14]
Pada tahun 1955, CC200 menjadi
andalan bagi kereta api pengangkut rombongan Konferensi Asia Afrika di Kota
Bandung. KLB ini berangkat dari Jakarta menuju
Bandung.[15]
Kemudian, disusul
dengan beberapa lokomotif diesel elektrik dan hidraulik, seperti, BB200, BB300, serta D300.[16]
Perusahaan
negara
Nama DKA pun
diubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada 25 Mei 1963. PNKA kemudian
memasukkan operator lainnya, seperti Deli Spoorweg
Maatschappij yang masih independen
sehingga kereta api di Indonesia hanya memiliki satu operator.[17]
Pada masa ini, lokomotif diesel hidraulik menjadi lazim pada masa ini. Seperti Bima
Kunting, Kebo Kuning, C300, D301, BB301, dan BB302. Lokomotif
diesel elektrik antara lain BB201, BB202 yang diproduksi 1967.
KA Bima
Pada tanggal 1 Juni 1967 PNKA
mengoperasikan kereta api Bima rute Gambir-Surabaya Gubeng pp.[18]
Kereta ini menggunakan rangkaian gerbong berwarna biru dan merupakan kereta
api pertama dengan sistem AC berfreon di Indonesia. Pada awal pengoperasiannya, KA Bima
mengikuti rute Bintang Sendja.
Namun, beberapa minggu kemudian rutenya pun diubah melewati Purwokerto dan Yogyakarta, hingga saat ini.
Perusahaan
jawatan
Pada tanggal 15
September 1971,
nama PNKA berubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA,
Perjanka) selama dekade 1970-an hingga awal dekade 1990-an.[17]
PJKA dipimpin oleh Kepala PJKA (Kaperjanka). Pada masa ini, perkeretaapian
Indonesia mengalami kemunduran. PJKA menganggap sejumlah jalur kereta api
lintas cabang justru tidak mendatangkan keuntungan secara
ekonomis. Selain dari banyaknya penumpang gelap, kerusakan lokomotif, maupun
kerusakan prasarana perkeretaapian; persaingan dengan mobil pribadi maupun
angkutan umum telah mengakibatkan kerugian besar bagi PJKA, sehingga PJKA
merugi dan terpaksa menutup jalur-jalur KA tersebut
berikut stasiun dan seluruh layanannya.[19]
Pada tahun 1981, PJKA terlibat
dalam produksi film berjudul Kereta Api Terakhir
yang diproduksi oleh Pusat Produksi Film Negara, dan merupakan film
unggulan pada masa itu.[20]
Era lokomotif
andalan Kereta Api
Pada tahun 1977-1978 dan 1983, lokomotif CC201 dan BB203 generasi
pertama dan kedua mulai diimpor dari GE
Transportation. CC201 adalah lokomotif yang sangat diandalkan pada masa itu
karena berpengalaman menarik segala jenis KA mulai dari eksekutif, bisnis,
maupun ekonomi. PJKA melakukan pengelompokan CC201 dan BB203. CC201 hanya untuk
jalur rel berat, sedangkan BB203 digunakan untuk rel ringan. Bentuk kedua
lokomotif itu sama, tetapi hanya susunan gandarnya yang berbeda.
Di Divisi Regional III
Sumatera Selatan dan Lampung, diimporlah CC202 generasi
pertama pada tahun 1986.
Dengan dilatarbelakangi meningkatnya kebutuhan angkutan batu bara,
lokomotif ini cukup menarik kereta Babaranjang. Selain itu, di Jawa diimporlah
lokomotif BB302, BB303, BB304, BB305, dan BB306. Pada masa
itu, lokomotif diesel hidraulik di Jawa merajai layanan kereta lokal.
Pada tanggal 6 Oktober 1976 beberapa saat
setelah ditutupnya jalur kereta api Secang-Kedungjati,
Museum Kereta Api Ambarawa didirikan,
menempati bekas stasiun Willem I di Ambarawa. Di
sinilah akhir riwayat sejumlah lokomotif uap yang berhenti beroperasi menarik
kereta api lokal. Karena, pada tahun 1980-an semua
lokomotif uap dinyatakan tidak beroperasi untuk angkutan komersial karena
faktor usia.
Kemunduran
Pada masa itu,
PJKA terus mengalami kerugian akibat kalah bersaing dengan mobil pribadi,
angkutan umum, maupun pesawat terbang. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan
subsidi
tahunan. Subsidi ini diformat untuk belanja pegawai serta pengurang beban
kerugian PJKA.[21]
Terjadinya Tragedi
Bintaro pada 19 Oktober 1987 merupakan peristiwa tragis yang memperparah buruknya citra
PJKA sebagai satu-satunya operator kereta api di Indonesia. Dalam tragedi ini,
ratusan orang tewas sedangkan sisanya luka-luka. Sejak tragedi itulah,
kenyamanan kereta api masih dipertanyakan.
Menjadi perum
CC201 05 (CC201 77
04) semasa berlogo Perumka dan sebelum dimutasi
Pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA berubah
menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Pada masa
ini, kerugian-kerugian seperti yang dialami PJKA pada beberapa tahun yang lalu
dapat ditekan. Seluruh pegawainya masih berstatus PNS yang diatur tersendiri
dan diperbolehkan mencari laba.
Dengan berbagai perubahan yang menyertainya, maka secara otomatis juga telah mengubah
"tampilan" pada armadanya.
KRL
Rheostatik dan KRL Holec. KRL yang di sebelah kiri dicat hijau putih
KA
Bisnis Sawunggalih melintas Jembatan Sakalibel dengan cat putih-kuning.
Zaman Perumka
biasa disebut "zaman merah biru" karena semua cat lokomotif
yang dioperasikan secara komersial diubah menjadi merah dan biru dengan logo
Perumka putih di depan dan belakangnya, serta di bawah kaca kabin masinis tepat di
atas plat
nomornya. Selain itu, cat livery semua kelas kereta juga diubah,
yakni untuk eksekutif dicat biru muda-biru tua, bisnis dicat hijau tua-biru
tua, ekonomi dicat merah tua-biru tua, serta bagasi dicat biru tua polos. Semua
kereta memiliki garis putih dengan logo Perumka merah. Pada masa ini, lokomotif
diesel elektrik merajai perkeretaapian Indonesia sejak tenaga diesel hidraulik
sudah tidak lagi cukup menarik kereta api yang panjang.
Pada tahun 1995 lahir kereta api
eksekutif argo buatan PT Inka Madiun, yang diberi nama Argo Bromo dan Argo Gede. Semua kereta eksekutif dicat putih
abu-abu dengan garis biru-biru tua dengan logo PT KAI di kiri dan Departemen
Perhubungan di kanan. Selain itu, diimpor pula CC203 dari
pabriknya, GE Transportation langsung. Lokomotif ini memiliki desain yang aerodinamis.
Akibat hadirnya
kereta argo ini, kereta bisnis dan sebagian KRL Rheostatik juga ikut dicat
seperti skema kereta Argo pada masa itu. Kereta bisnis dicat kuning-putih.
Sedangkan KRL Rheostatik dicat putih-hijau tua. Pada tahun 1997 muncul kereta api Argo Bromo Anggrek yang
dicat warna pink-putih. Sementara itu, CC201 dan kereta ekonomi tetap
"merasa nyaman" dengan cat merah-birunya.
Persero
Akhirnya, pada
tanggal 1 Juni
1999 Perumka secara
resmi berubah menjadi PT Kereta Api (Persero (PT KA). Pada
awal 2000-an,
PT KA tetap mempertahankan cat merah-biru pada lokomotif-lokomotifnya, kecuali
untuk CC203.
Pada tahun 2006 ke atas, CC201
dan sebagian besar lokomotif lainnya kemudian berganti cat seperti CC203, yakni
putih bergaris biru muda-biru tua. Sementara itu terjadi perubahan pada seluruh
rangkaian kereta penumpang mulai dari eksekutif, bisnis, maupun ekonomi,
menjadi seperti yang dapat dilihat saat ini. Untuk lokomotif heritage menggunakan
livery PJKA.
Pada masa ini, PT
KA memperkenalkan sistem PSO (public service obligation), terutama untuk
kereta api ekonomi.[21]
PSO ini menggantikan sistem subsidi yang sebelumnya dilaksanakan. Pada tahun 2007 disahkan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 yang menghapus monopoli yang dilakukan oleh PT
KA.
Anak Perusahaan PT KAI
Dengan demikian, urutan secara ringkas jaman Kereta Api Pelopor di Indonesia, adalah sebagai berikut:
- PT Reska
- PT Railink
- PT KAI Commuter Jabodetabek
- PT KA Pariwisata
- PT KA Logistik
- PT KA Property Management
- 01-01-1953 : DKA (1953-1960)
- 28-09-1960 : PNKA (1960-1970)
- 28-09-1970 : PJKA (1970-1989)
- 28-09-1989 : PERUMKA (1989-1995)
- 12-08-1995 : PT Kereta Api (Persero) (PT KA) (1995-2010)
- 20-05-2010 : PT Kereta Api Indonesia (Persero) (PT KAI) (2010-saat ini)
Transformasi dan digitalisasi
Era digitalisasi
perkeretaapian Indonesia sudah muncul sejak awal dekade 2000-an. Pertama
kalinya CC204
dimodifikasi dari CC201 dengan menambahkan komputer BrightStar Sirius
sehingga dapat memitigasi kerusakan 45 menit sebelum kerusakan itu terjadi.
Selain itu, pada tahun 2006
hingga 2011, dibuatlah
lokomotif dengan mendasarkan pada desain CC203 dengan menambahkan komputer BrightStar
Sirius di PT Inka sehingga terciptalah CC204 batch II.
Pada dekade 2010-an telah banyak terjadi transformasi pada PT KA, lebih-lebih saat dipimpin oleh Ignasius Jonan. Pada tahun 2010 nama PT KA berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) (PT KAI). Keluhan masyarakat dengan tidak adanya AC pada kereta ekonomi, maka pada tahun 2010 muncul kereta api ekonomi AC non-PSO dengan hadirnya kereta api Bogowonto sebagai perintisnya.
Pada dekade 2010-an telah banyak terjadi transformasi pada PT KA, lebih-lebih saat dipimpin oleh Ignasius Jonan. Pada tahun 2010 nama PT KA berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) (PT KAI). Keluhan masyarakat dengan tidak adanya AC pada kereta ekonomi, maka pada tahun 2010 muncul kereta api ekonomi AC non-PSO dengan hadirnya kereta api Bogowonto sebagai perintisnya.
Pada tanggal 28
September 2011,
logo PT KAI berganti. Transformasi lain yang terletak pada sistem pertiketan.
Tiket yang semula hanya bisa dipesan di stasiun keberangkatan, kini sudah
dipesan di minimarket dan agen-agen tiket.
Yang lebih hebatnya lagi, muncul sistem boarding pass yang mengharuskan
penumpang membawa bukti identitas diri. Selain itu, pengelolaan stasiun kini
sangat bagus. Semua kereta api jarak menengah maupun jauh telah dipasangi AC.
Digitalisasi lokomotif di Indonesia terus maju sejak CC205 dan CC206 diimpor untuk
memperkuat armada PT KAI saat ini.
Perkembangan
dan Pemeliharaan
Sebagai salah satu
model transportasi massal yang dipakai oleh jutaan masyarakat, perkembangan
perkeretaapian di Indonesia tak lepas dari sorotan dan kelemahan. Faktor yang
sering menjadi perhatian saat ini adalah tingkat kecelakaan yang masih
relatif tinggi baik gerbong yang anjlok, tabrakan antara kereta api dengan
kereta api, tabrakan antara kereta api dengan kendaraan lain, adanya banjir/longsor
dan masalah lain yang sering dihadapi oleh pengguna Kereta Api. Penyebab utama
dari problematika ini dapat dilihat pada sarana dan pemeliharaan rel yang tidak
merata sehingga mengakibatkan berbagai masalah.
Pada tahun 2009, tercatat 255 orang menjadi korban kecelakaan kereta api baik luka ataupun tewas.[22] Sekitar 60 % kecelakaan kereta api terjadi di perlintasan kereta api, yang umumnya tak memiliki palang pintu bahkan tak berpenjaga.[23] Sebanyak 2.923 palang pintu perlintasan kereta api yang tersebar di pulau Jawa, tercatat sekitar 1.192 tidak dijaga petugas.[24] Artinya 40% perlintasan luput dari pengawasan pihak PT KAI yang bertanggung jawab penuh menjamin keamanan dan keselamatan lalu lintas sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34 dan pasal 124 yang telah disahkan oleh legislatif.
Pada tahun 2009, tercatat 255 orang menjadi korban kecelakaan kereta api baik luka ataupun tewas.[22] Sekitar 60 % kecelakaan kereta api terjadi di perlintasan kereta api, yang umumnya tak memiliki palang pintu bahkan tak berpenjaga.[23] Sebanyak 2.923 palang pintu perlintasan kereta api yang tersebar di pulau Jawa, tercatat sekitar 1.192 tidak dijaga petugas.[24] Artinya 40% perlintasan luput dari pengawasan pihak PT KAI yang bertanggung jawab penuh menjamin keamanan dan keselamatan lalu lintas sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34 dan pasal 124 yang telah disahkan oleh legislatif.
Jalur "Kaki Besi" Kereta Api
Stasiun gambir Jakarta di foto dari udara
PT Kereta Api Indonesia mengoperasikan kereta api di wilayah provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung serta semua provinsi di Jawa.
Jalur-jalur utama ini menghubungkan kota Medan dengan Rantauprapat, Padang dengan Pariaman, Bandar Lampung dengan Lubuklinggau dan Palembang, Jakarta dengan Surabaya melalui Semarang maupun Yogyakarta, dan Surabaya dan Malang dan Banyuwangi.
Panjang keseluruhan jalur kereta api di Indonesia adalah 7583
kilometer. Lebih dari 2500 kilometer jalur telah ditutup, sebagian
besarnya adalah jalur cabang yang dianggap tidak menguntungkan bila
tetap dipergunakan. Pada saat ini (2008) Departemen Perhubungan sedang
melakukan pembangunan jalur ganda di Pulau Jawa, yang diharapkan akan
selesai pada tahun 2025. Jalur yang sudah diselesaikan adalah Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya, Cikampek-Purwakarta, Purwokerto-Cirebon, dan Kutoarjo-Yogyakarta-Surakarta. Pada saat ini jalur Kutoarjo-Karanganyar-Kroya, Surakarta-Madiun dan Kroya-Purwokerto sedang dikerjakan.
Penambahan Jalur Baru
Sejak tahun 2015, pemerintah
berencana untuk meningkatkan infrastruktur perkeretaapian di Indonesia dengan
menambah jalur baru, reaktifasi jalur non aktif dan juga membuat jalur ganda,
tidak hanya di koridor pulau Jawa, tapi juga di koridor-koridor lainnya seperti
Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua[25][26].
Berikut ini,
pembangunan jaringan kereta di luar Jawa dari Program Strategis Perkeretaapian
2015-2019:
Koridor Pulau Sumatera
Koridor Pulau Sumatera
Pembangunan Kereta Api Antar
Kota/Trans Sumatera:
· Jalur KA baru Bireun-Lhokseumawe-Langsa-Besitang
· Jalur KA baru Rantauprapat-Duri-Dumai
· Jalur KA baru Duri-Pekanbaru
· Jalur KA baru Pekabaru-Jambi-Palembang
· Jalur KA baru Simpang-Tanjung Api-Api
· Jalur ganda KA Prabumulih-Kertapati
· Jalur ganda KA Baturaja-Martapura
· Jalur ganda KA Muara Enim-Lahat
· Jalur ganda KA Cempaka -Tanjung Karang
· Jalur ganda KA Sukamenanti-Tarahan
· Jalur KA baru Rejosari/KM3-Bakauheni
Reaktifasi Jalur KA:
· Binjai-Besitang
· Pariaman-Naras-Sungai Limau
· Muaro Kalaban-Muaro
Pembangunan Kereta Api
Perkotaan/Jalur Ganda/Elektrifikasi/Jalur Baru Akses ke Pusat Kegiatan:
· Perkotaan Medan (Jalur Ganda KA
Medan-Araskabu-Kualanamu)
· Perkotaan Padang (Padang-BIM dan
Padang-Pariaman)
· Perkotaan Batam (Batam Center-Bandara Hang
Nadim)
· Perkotaan Palembang (Monorel)
Pembangunan Kereta Api Akses
Bandara:
· Bandara Kualanamu, Medan (peningkatan kapasitas)
· Bandara Internasional Minangkabau, Padang
· Bandara Hang Nadim, Batam
· Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
Pembangunan Kereta Api Akses
Pelabuhan:
· Pelabuhan Lhokseumawe
· Pelabuhan Belawan
· Pelabuhan Kualatanjung
· Pelabuhan Dumai
· Pelabuhan Tanjung Api-Api
· Pelabuhan Panjang
· Pelabuhan Bakauheni
Koridor Pulau Kalimantan
Pembangunan KA
Khusus/Batubara/Akses Pelabuhan (Skema KPS):
· Muara Wahau-Muara Bengalon
· Murung raya-Kutai Barat-Paser-Panajam Paser
Utara-Balikpapan
· Puruk Cahu-Mangkatib
Pembangunan Kereta Api Antar
Kota/Trans Kalimantan:
· Jalur KA baru
Tanjung-Paringin-Barabai-Rantau-Martapura-Banjarmasin
· Jalur KA baru Balikpapan-Samarinda
· Jalur KA baru Tanjung-Balikpapan
· Jalur KA baru Banjarmasin-Palangkaraya
· Jalur KA baru Palangkaraya
-Sangau-Pontianak-Batas Negara
· Jalur KA baru Samarinda-Sangata-Tanjung
Redep-Batas Negara
Pembangunan Kereta Api Akses
Bandara:
· Bandara Syamsuddin Noor
Koridor Pulau Sulawesi
Pembangunan Kereta Api Antar
Kota/Trans Sulawesi:
· Jalur KA baru Manado-Bitung
· Jalur KA baru Bitung-Gorontalo-Isimu
· Jalur KA baru Pare Pare-Mamuju
· Jalur KA baru Makassar-Pare Pare
· Jalur KA baru
Makassar-Sungguhminasa-Takalar-Bulukumba-Watampone
· Jalur KA baru Mamuju-Palu-Isimu
Pembangunan Kereta Api Perkotaan:
· Perkotaan Makassar dan sekitarnya
· Perkotaan Manado
Pembangunan Kereta Api Akses
Bandara/Pelabuhan:
· Bandara Sultan Hasanuddin
· Pelabuhan Garonggong, Pelabuhan New Makassar
· Pelabuhan Bitung
Koridor Pulau
Papua
· Pembangunan Jalur KA baru di Papua baru
direncanakan satu, yaitu untuk jalur Sorong-Manokwari.
Jenis Kereta Api di
Indonesia
Berikut beberapa jenis “Kaki Besi” Kereta Api di Indonesia
yang difungsikan untuk mengangkut penumpang atau dikenal dengan sebutan kereta
komersil, dibedakan berdasarkan tingkat kelasnya, yaitu:
1. Kelas Argo
- Argo Bromo Anggrek
- Argo Lawu
- Argo Dwipangga
- Argo Gede dan Parahyangan
- Argo Wilis
- Argo Sindoro
- Argo Muria
2. Kelas Eksekutif
- Bima
- Turangga
- Gajahyana
- Bangun Karta
- Harina
- Rajawali
- Sembarani
- Tasakta
3. Kelas Bisnis-Eksekutif
- Cirevon Ekspres
- Fajar Utama Semarang
- Lodaya
- Mutiara Selatan
- Sawunggalih Utama
- Senja Kediri
- Senja Utama Yogya.
4. Kelas Ekonomi
- Banten Ekspres
- Brantas
- Kaligung Ekonomi
- Kertajaya
- Sriwijaya Ekonomi
- Tumapel
- Simandra
- Tawang Jaya
Layanan "Kaki Besi" Kereta Api
PT Kereta Api Indonesia memberikan layanan kereta api penumpang dan
barang. Hampir semua jalur yang beroperasi memiliki layanan angkutan
kereta api penumpang yang dijalankan secara teratur.
Kereta Api penumpang
Kapasitas angkut penumpang yang disediakan PT Kereta Api Indonesia di Jawa dan Sumatera adalah sebanyak 106.638 tempat duduk per hari dengan rasio kelas eksekutif (15%), bisnis (27%), dan ekonomi (59%). Bila tempat duduk dikaitkan dengan jarak tempuh, maka total kapasitas melambung menjadi sebanyak 41.528.450 tempat duduk per kilometer per hari dengan rasio kelas eksekutif (29%), kelas bisnis (25%), dan kelas ekonomi (58%).
Kelas Eksekutif
Kelas Argo adalah kelas layanan tertinggi PT Kereta Api Indonesia,
yaitu dengan kereta penumpang berkapasitas 50/52 orang per kereta.
Layanan yang disediakan adalah tempat duduk yang bisa diatur, pendingin
udara, hiburan audio visual dan layanan makanan.
Rangkaian kereta api jenis ini mulai diluncurkan pada tanggal 31 Juli 1995 untuk memperingati 50 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awalnya hanya dua kereta api yang dioperasikan, yaitu Argo Bromo yang melayani rute Gambir-Surabaya Pasar Turi dan Argo Gede yang melayani rute Gambir-Bandung. Saat ini, kereta api Argo Bromo telah digantikan dengan Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Gede juga telah diberhentikan pengoprasiannya dan disatukan dengan Kereta api Parahyangan menjadi Argo Parahyangan.
Foto KA Kelas Eksekutif
Kereta Eksekutif Go Green yang sering dipakai Argo Bromo Anggrek sekarang.
Interior KA Argo Bromo Anggrek Go Green
Bagian dalam kereta eksekutif Pesawat buatan INKA.
Kereta kelas Eksekutif tipe Pesawat yang di gunakan Argo Dwipangga, Argo
Jati, Gajayana, Sembrani, Turangga, Cirebon Ekspres, Sancaka dan Tegal
Bahari.
Kereta api kelas Argo lainnya adalah:
- Argo Bromo Anggrek yang melayani rute Gambir-Surabaya Pasar Turi.
- Argo Muria yang melayani rute Gambir-Semarang Tawang.
- Argo Lawu yang melayani rute Gambir-Yogyakarta-Solo Balapan.
- Argo Wilis yang melayani rute Bandung-Surabaya Gubeng.
- New Argo Jati yang melayani rute Gambir-Cirebon.
- Argo Dwipangga yang melayani rute Gambir-Yogyakarta-Solo Balapan.
- Argo Sindoro yang melayani rute Gambir-Semarang Tawang.
Kelas Satwa adalah Kereta sekelas Argo tetapi bukan argo seperti Kereta di bawah ini
- Sembrani yang melayani rute Surabaya Pasar Turi-Gambir.
- Bangunkarta yang melayani rute Gambir-Semarang Tawang-Surabaya Gubeng
- Taksaka yang melayani rute Yogyakarta-Gambir
- Bima yang melayani rute Malang-Surabaya Gubeng-Gambir.
- Turangga yang melayani rute Surabaya Gubeng-Bandung
Kelas Campuran
Kelas campuran adalah kelas layanan kedua tertinggi, dengan kereta penumpang kelas eksekutif (50/52 penumpang), bisnis AC (64 Penumpang) dan ekonomi AC (80 Penumpang). Layanan kelas publik diberikan pada jalur-jalur berikut ini:
Kelas campuran adalah kelas layanan kedua tertinggi, dengan kereta penumpang kelas eksekutif (50/52 penumpang), bisnis AC (64 Penumpang) dan ekonomi AC (80 Penumpang). Layanan kelas publik diberikan pada jalur-jalur berikut ini:
- Cirebon Ekspres yang melayani rute Cirebon-Gambir
- Tegal Bahari yang melayani rute Tegal-Gambir
- Sancaka yang melayani rute Surabaya Gubeng–Yogyakarta.
- Mutiara Timur yang melayani rute Surabaya Gubeng–Banyuwangi hingga Denpasar, Bali menggunakan bus dari Banyuwangi.
- Lodaya yang melayani rute Bandung-Yogyakarta-Solo Balapan.
- Malabar yang malayani rute Bandung-Stasiun Yogyakarta-Stasiun Malang.
- Gumarang yang melayani rute Jakarta Kota–Surabaya Pasar Turi.
- Sawunggalih Utama yang melayani rute Pasar Senen–Karanganyar–Kutoarjo.
- Harina yang melayani rute Bandung-Surabaya Pasar Turi.
- Argo Parahyangan Eksekutif dan Bisnis yang melayani rute Gambir-Bandung.
- Purwojaya yang melayani rute Gambir-Purwokerto-Cilacap
- Malioboro Ekspres yang melayani rute Malang–Yogyakarta.
- Ciremai Ekspres yang melayani Bandung-Cirebon.
KA Eksekutif Campuran
Kelas Bisnis
Di bawah kereta api kelas Publik adalah kelas komersial kelas menengah, yang mencakup semua kereta bisnis.
- Mutiara Selatan yang melayani rute Surabaya-Bandung
- Senja Utama dari Pasar Senen ke Stasiun Yogyakarta, dan Solo Balapan
- Fajar Utama Yogya dari Pasar Senen ke Stasiun Yogyakarta
- Sidomukti yang melayani rute Yogyakarta-Solo Balapan
Bagian dalam gerbong kereta bisnis.
Kelas Ekonomi
Dalam rangka pemerataan pelayanan kepada semua lapisan masyarakat, selain mengoperasikan sejumlah kereta api komersial yang berfungsi sebagai subsidi silang pada pelayanan kereta api kelas ekonomi, PT Kereta Api Indonesia juga mengoperasikan sejumlah rangkaian kereta api kelas ekonomi unggulan, yaitu:
- Matarmaja yang melayani rute Malang-Pasar Senen
- Pasundan yang melayani rute Bandung-Surabaya Gubeng
- Tegal Arum yang melayani rute Pasar Senen-Tegal
- Brantas yang melayani rute Pasar Senen–Kediri
- Logawa yang melayani rute Purwokerto-Jember
- Sri Tanjung yang melayani rute Banyuwangi–Lempuyangan.
- Tawang Alun yang melayani rute Malang Kotalama-Banyuwangi.
- Bengawan yang melayani rute Pasar Senen-Purwosari.
- Progo yang melayani rute Pasar Senen–Lempuyangan.
- Serayu yang melayani rute Pasar Senen-Kroya-Purwokerto
- Kutojaya Utara yang melayani rute Pasar Senen-Karanganyar-Kutoarjo
- Kutojaya Selatan yang melayani rute Kiaracondong-Kutoarjo
- Kertajaya yang melayani rute Pasar Senen-Surabaya Pasar Turi
- Kahuripan yang melayani rute Kiaracondong-Kediri
- Gaya Baru Malam yang melayani rute Pasar Senen-Surabaya Gubeng
- Majapahit yang melayani rute Pasar Senen-Malang, (Ekonomi AC Plus non-PSO).
- Menoreh 1 dan 2 yang melayani rute Pasar Senen–Semarang Tawang, (Ekonomi AC Plus non-PSO).
- Bogowonto yang melayani rute Pasar Senen-Lempuyangan, (Ekonomi AC Plus non-PSO).
- Gajah Wong yang melayani rute Pasar Senen–Lempuyangan, (Ekonomi AC Plus non-PSO).
- Krakatau Ekspres yang melayani rute Merak-Pasar Senen-Purwokerto-Karanganyar-Yogyakarta-Kediri, (Ekonomi AC Plus non-PSO).
- Jayabaya yang melayani rute Pasar Senen-Surabaya Pasar Turi-Malang, (Ekonomi AC Plus non-PSO).
- Jaka Tingkir yang melayani rute Purwosari-Yogyakarta-Pasar Senen, (Ekonomi AC Plus non-PSO).
- Joglokerto Ekspres yang melayani rute Purwokerto-Yogyakarta-Solo Balapan, (Ekonomi AC Plus non-PSO).
- Tegal Ekspres yang melayani Pasar Senen–Tegal
- Kalijaga yang melayani rute Purwosari-Semarang Poncol
- Kamandaka yang melayani rute Purwokerto-Semarang
Kereta Api Lokal
Tarif Kereta Api kelas ekonomi ditetapkan oleh pemerintah sehingga secara keseluruhan biaya operasi tidak dapat ditutup dengan tarif yang dikenakan kepada masyarakat. Sampai saat ini, PT Kereta Api Indonesia melakukan subsidi silang dari pendapatan rangkaian kereta api kelas Argo dan kelas satu pada kelas ekonomi. Beberapa kereta yang dioperasikan adalah:
Tarif Kereta Api kelas ekonomi ditetapkan oleh pemerintah sehingga secara keseluruhan biaya operasi tidak dapat ditutup dengan tarif yang dikenakan kepada masyarakat. Sampai saat ini, PT Kereta Api Indonesia melakukan subsidi silang dari pendapatan rangkaian kereta api kelas Argo dan kelas satu pada kelas ekonomi. Beberapa kereta yang dioperasikan adalah:
- KRD Kertosono yang melayani rute Surabaya Pasar Turi-Cepu dan Surabaya Kota-Kertosono.
- Penataran yang melayani rute Surabaya Kota-Blitar via Malang.
- Kaligung yang melayani rute Tegal–Semarang Poncol.
- Kalimaya yang melayani rute Tanah Abang–Merak.
- Probowangi yang melayani rute Probolinggo-Banyuwangi.
- Rapih Dhoho yang melayani rute Surabaya Kota-Blitar via Kediri.
- Langsam yang melayani rute Rangkasbitung-Angke
- Patas Purwakarta yang melayani rute Purwakarta-Jakarta Kota
- Banten Ekspres yang melayani rute Merak-Jakarta Kota.
- Madiun Jaya yang melayani rute Madiun-Yogyakarta
- Madiun Jaya Ekspres yang melayani rute Madiun-Yogyakarta
- Prambanan Ekspres yang melayani rute Kutoarjo-Solo Balapan.
- Kereta api Blora Jaya Ekspres yang melayani rute Semarang Tawang-Bojonegoro
- Baraya Geulis yang melayani rute Padalarang-Cicalengka (ditutup)
- Bumi Geulis yang melayani rute Bogor-Sukabumi (ditutup dan digantikan oleh Pangrango).
- Pandanwangi yang melayani rute Jember-Banyuwangi.
- Kereta api Lokal Bandung Raya yang melayani rute Padalarang-Bandung-Cicalengka.
- KRD Surabaya Lamongan yang melayani rute Surabaya-Lamongan, Surabaya-Sidoarjo, dan Surabaya-Mojokerto.
- Sriwedari yang melayani rute Yogyakarta-Solo Balapan (Tidak Beroperasi)
- KRD Perintis Jenggala yang melayani rute Mojokerto-Tulangan-Sidoarjo
Kereta kelas Ekonomi AC PSO Generasi Ke 1
Kereta kelas Ekonomi AC non-PSO Generasi Ke 3, Sudah Menggunakan Livery Kesepakatan Seperti (Kereta api Jayabaya dan Kereta api Jaka Tingkir)
Interior kereta kelas Ekonomi AC buatan PT INKA.
Komuter
Komuter adalah kereta api yang beroperasi dalam jarak dekat,
menghubungkan kota besar dengan kota-kota kecil di sekitarnya atau dua
kota yang berdekatan. Penumpang kereta ini kebanyakan adalah para
penglaju bermobilitas tinggi yang pergi-pulang dalam sehari, misalnya ke
tempat kerja atau sekolah. Tidak mengherankan apabila frekuensi
perjalanan komuter termasuk tinggi dan jumlah penumpangnya juga paling
banyak dibanding kereta jenis lainnya.
Kereta Api Komuter Jabodetabek yang dikelola oleh anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia, yaitu PT KAI Commuter Jabodeabek.
Kereta Api Komuter Jabodetabek yang dikelola oleh anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia, yaitu PT KAI Commuter Jabodeabek.
Di Indonesia,
jaringan komuter masih menjadi satu dengan kereta api jarak jauh,
bahkan kebanyakan rangkaian kereta apinya juga diambil dari bekas kereta
api jarak jauh. Walaupun demikian, pemerintah saat ini sedang
mempersiapkan pembangunan jaringan kereta api komuter yang lebih
canggih, seperti monorel, kereta bawah tanah, maupun Mass Rapid Transit (MRT) yang rencananya akan dibangun di Jakarta dan Surabaya.
Komuter umumnya dilayani oleh rangkaian kereta api ekonomi, tetapi
beberapa sudah ada yang dilayani oleh kereta kelas bisnis bahkan kelas
eksekutif, seperti kereta api Pakuan jurusan Jakarta- Bogor. Jalur-jalur kereta komuter yang ada di Indonesia antara lain:
- KRL Jabodetabek/Commuter Line, merupakan jalur komuter tertua di Indonesia yang melingkupi daerah Jakarta Raya, melayani para penglaju dari Jakarta ke Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, termasuk jalur cabang ke Serpong dan Maja.
- KRDH MCW 302 Patas relasi Cicalengka-Padalarang, KRDE Baraya Geulis relasi Cicalengka Padalarang hasil modifikasi dari KRL BN Holec PT. INKA Madiun.
- KRDE Prambanan Ekspres relasi Jogjakarta-Solo hasil modifikasi dari KRL BN-Holec PT INKA Madiun.
- KRDH-I Blora Jaya relasi Semarang-Bojonegoro.
- KRDH-I Madiun Jaya relasi Madiun-Jogjakarta.
- KRDH-I Seminung relasi Tanjung Karang-Kota Bumi.
- KRDH-I Way Umpu relasi Tanjung Karang-Kota Bumi.
- KRDH-I Sri Lelawangsa relasi Medang-Binjai.
Kereta Wisata
PT Kereta Api Indonesia juga menyediakan layanan kereta wisata yang
tarifnya disesuaikan dengan harga tiket tertinggi pada kereta yang
dirangkaikan dengan kereta wisata tersebut. Gerbong kereta wisata diberi
nama Nusantara, Bali, Toraja, Sumatera, Jawa, Imperial, dan Priority.[14] Selain itu, di Ambarawa tersedia pula kereta wisata dengan lokomotif uap bergigi. Di Solo, kereta wisata Punokawan jurusan Purwosari–Wonogiri menelusuri jalan Slamet Riyadi di Kota Solo. Adapun di Sumatera Selatan, tersedia kereta wisata yang diberi nama Kereta Sultan, sedangkan di Sumatera Barat tersedia pula kereta wisata yang bertujuan ke Lembah Anai dan Pantai Pariaman.[15]
Keberadaan kereta wisata di Indonesia sebenarnya tak lepas dari sejarah penamaan kereta api luar biasa (KLB). Istilah KLB pada awalnya merujuk kepada KLB Presiden Ir. Soekarno saat hijrah ke Yogyakarta tanggal 3 Januari 1946. Kereta yang ditarik dengan C2849 yang dahulunya milik Staatsspoorwegen (SS) ini tersusun atas 8 gerbong penumpang. Pemindahan dilakukan dengan sangat rahasia karena diawasi secara sangat ketat oleh pihak keamanan asing. Pelarian diri dengan kereta tersebut diabadikan sebagai KLB. KLB tiba pada tanggal 4 Januari 1946 dengan selamat.[1]
KLB di era Orde Baru (pembangunan) tumbuh lewat perjalanan yang dilakukan Presiden H.M. Soeharto saat pemerintah membuatkan kereta perjalanan presiden khusus dengan nama Nusantara, Bali, dan Toraja. Kereta tersebut dimodifikasi dari kereta SAGW (kereta tidur kelas I) yang biasanya dipakai oleh kereta api Bima pada masa itu.[2] Selain itu, KLB sering dipakai oleh para menteri dan pejabat negara.[1]
Kereta Presiden tersebut dihias dengan menyediakan ruang rapat, balkon, ruang makan, mini bar, tempat tidur, hingga ruang santai dengan televisi ukuran besar. Akan tetapi, karena kereta tersebut hanya dioperasikan jika Presiden, Wakil Presiden, menteri kabinet, maupun pejabat negara mempergunakan kereta tersebut. Akibatnya, kereta tersebut lebih banyak idle alias "menganggur".[1]
Pada tahun 2009, PT Kereta Api Indonesia mendirikan PT KA Pariwisata dengan brand name Indorailtour. KA Pariwisata pertama kali menjual jasa layanan tiga kereta wisata tersebut sebagai modal awalnya. Kereta tersebut digandengkan dengan kereta-kereta api lain, utamanya kereta eksekutif.
PT KA Pariwisata kemudian menambah lagi armada kereta wisatanya. Sepanjang tahun 2013-2014, kereta api wisata baru berjumlah enam unit telah dikerjakan di Balai Yasa Manggarai[3] dan diberi nama Sumatera, Jawa, Imperial (2 unit), dan Priority (2 unit).
Kereta wisata yang saat ini dioperasikan
Saat ini PT KA Pariwisata mengoperasikan sembilan unit kereta. Kereta-kereta tersebut antara lain Nusantara, Bali, Toraja, Sumatera, Jawa, Imperial, dan Priority.
Kereta wisata Nusantara
Kereta ini sebenarnya merupakan kereta khusus Kepresidenan. Ditinjau dari desainnya ada keunikan. Di dalam kereta wisata tersebut terdapat sebuah ruang balkon sehingga bila tirai jendelanya dibuka dapat menyaksikan panorama sepanjang perjalanan. Dengan adanya aturan kereta aling-aling, maka kereta wisata ini tidak lagi dipasang paling belakang rangkaian, namun nomor dua dari belakang. Semua fasilitas seperti nonton film, atau berkaraoke, tetap dapat dinikmati. Kereta ini dilengkapi dengan sebuah kamar tidur, menambah kenyamanan penumpang selama beristirahat.[1]
Kereta wisata Bali
Kereta ini dihiasi dengan ornamen khas Bali, sesuai namanya. Kereta ini sering dipakai oleh Presiden untuk melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah di Jawa. Sebagai kereta presiden, kereta ini satu paket dengan kereta Nusantara dan kereta Toraja. Ruang utama kereta Bali sama dengan kereta Nusantara yaitu kursi yang membelakangi jendela, namun juga memiliki kesamaan dengan kereta Toraja, yaitu sama-sama memiliki kompartemen atau ruang VVIP dengan 6 kursi. Kereta ini dapat memuat 20 penumpang saja.
Pada saat SBY menjabat sebagai presiden, terakhir menaiki kereta ini dengan sistem perjalanan KLB untuk mengunjungi pengungsi erupsi Gunung Kelud.[1]
Kereta wisata Toraja
Jika kereta Nusantara digunakan untuk Presiden, maka kereta Toraja digunakan untuk tamu VVIP pengiring rombongan presiden seperti menteri. Tempat duduk kereta Toraja searah perjalanan KA dengan formasi 2-2 seperti di kereta eksekutif dan berjumlah 16 tempat duduk; dan dapat memuat 22 penumpang, termasuk yang duduk di ruang VVIP untuk 6 orang. Dilengkapi mini bar, toilet, dan audio-video.
Kereta wisata Sumatera
Kereta ini terinspirasi dari pengembangan interior kereta Bali. Sama-sama memiliki ruang utama dengan sofa, kompartemen, ruang makan, meeting room, mini bar, toilet, audio/video. Kompartemen hanya untuk tiga orang dan dilengkapi home theater dengan tambahan TV LED di dalamnya. Akan tetapi kereta ini dapat memuat 22 orang.[1]
Kereta wisata Jawa
Kereta Jawa dibuat dengan nuansa khas Jawa. Kereta ini terinspirasi dari pengembangan interior kereta Nusantara. Kereta yang dapat memuat 20 penumpang dilengkapi fasilitas kamar tidur, ruang keluarga, serta ruang makan yang bersebelahan dengan mini bar. Ruang utama dengan sofa untuk 14 orang, dan enam kursi di ruang makan yang dapat difungsikan sebagai ruang meeting.[1]
Keberadaan kereta wisata di Indonesia sebenarnya tak lepas dari sejarah penamaan kereta api luar biasa (KLB). Istilah KLB pada awalnya merujuk kepada KLB Presiden Ir. Soekarno saat hijrah ke Yogyakarta tanggal 3 Januari 1946. Kereta yang ditarik dengan C2849 yang dahulunya milik Staatsspoorwegen (SS) ini tersusun atas 8 gerbong penumpang. Pemindahan dilakukan dengan sangat rahasia karena diawasi secara sangat ketat oleh pihak keamanan asing. Pelarian diri dengan kereta tersebut diabadikan sebagai KLB. KLB tiba pada tanggal 4 Januari 1946 dengan selamat.[1]
KLB di era Orde Baru (pembangunan) tumbuh lewat perjalanan yang dilakukan Presiden H.M. Soeharto saat pemerintah membuatkan kereta perjalanan presiden khusus dengan nama Nusantara, Bali, dan Toraja. Kereta tersebut dimodifikasi dari kereta SAGW (kereta tidur kelas I) yang biasanya dipakai oleh kereta api Bima pada masa itu.[2] Selain itu, KLB sering dipakai oleh para menteri dan pejabat negara.[1]
Kereta Presiden tersebut dihias dengan menyediakan ruang rapat, balkon, ruang makan, mini bar, tempat tidur, hingga ruang santai dengan televisi ukuran besar. Akan tetapi, karena kereta tersebut hanya dioperasikan jika Presiden, Wakil Presiden, menteri kabinet, maupun pejabat negara mempergunakan kereta tersebut. Akibatnya, kereta tersebut lebih banyak idle alias "menganggur".[1]
Pada tahun 2009, PT Kereta Api Indonesia mendirikan PT KA Pariwisata dengan brand name Indorailtour. KA Pariwisata pertama kali menjual jasa layanan tiga kereta wisata tersebut sebagai modal awalnya. Kereta tersebut digandengkan dengan kereta-kereta api lain, utamanya kereta eksekutif.
PT KA Pariwisata kemudian menambah lagi armada kereta wisatanya. Sepanjang tahun 2013-2014, kereta api wisata baru berjumlah enam unit telah dikerjakan di Balai Yasa Manggarai[3] dan diberi nama Sumatera, Jawa, Imperial (2 unit), dan Priority (2 unit).
Kereta wisata yang saat ini dioperasikan
Saat ini PT KA Pariwisata mengoperasikan sembilan unit kereta. Kereta-kereta tersebut antara lain Nusantara, Bali, Toraja, Sumatera, Jawa, Imperial, dan Priority.
Kereta wisata Nusantara
Kereta ini sebenarnya merupakan kereta khusus Kepresidenan. Ditinjau dari desainnya ada keunikan. Di dalam kereta wisata tersebut terdapat sebuah ruang balkon sehingga bila tirai jendelanya dibuka dapat menyaksikan panorama sepanjang perjalanan. Dengan adanya aturan kereta aling-aling, maka kereta wisata ini tidak lagi dipasang paling belakang rangkaian, namun nomor dua dari belakang. Semua fasilitas seperti nonton film, atau berkaraoke, tetap dapat dinikmati. Kereta ini dilengkapi dengan sebuah kamar tidur, menambah kenyamanan penumpang selama beristirahat.[1]
Kereta wisata Bali
Kereta ini dihiasi dengan ornamen khas Bali, sesuai namanya. Kereta ini sering dipakai oleh Presiden untuk melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah di Jawa. Sebagai kereta presiden, kereta ini satu paket dengan kereta Nusantara dan kereta Toraja. Ruang utama kereta Bali sama dengan kereta Nusantara yaitu kursi yang membelakangi jendela, namun juga memiliki kesamaan dengan kereta Toraja, yaitu sama-sama memiliki kompartemen atau ruang VVIP dengan 6 kursi. Kereta ini dapat memuat 20 penumpang saja.
Pada saat SBY menjabat sebagai presiden, terakhir menaiki kereta ini dengan sistem perjalanan KLB untuk mengunjungi pengungsi erupsi Gunung Kelud.[1]
Interior kereta wisata Bali.
Kereta wisata Toraja
Jika kereta Nusantara digunakan untuk Presiden, maka kereta Toraja digunakan untuk tamu VVIP pengiring rombongan presiden seperti menteri. Tempat duduk kereta Toraja searah perjalanan KA dengan formasi 2-2 seperti di kereta eksekutif dan berjumlah 16 tempat duduk; dan dapat memuat 22 penumpang, termasuk yang duduk di ruang VVIP untuk 6 orang. Dilengkapi mini bar, toilet, dan audio-video.
Kereta wisata Sumatera
Kereta ini terinspirasi dari pengembangan interior kereta Bali. Sama-sama memiliki ruang utama dengan sofa, kompartemen, ruang makan, meeting room, mini bar, toilet, audio/video. Kompartemen hanya untuk tiga orang dan dilengkapi home theater dengan tambahan TV LED di dalamnya. Akan tetapi kereta ini dapat memuat 22 orang.[1]
Kereta wisata Jawa
Kereta Jawa dibuat dengan nuansa khas Jawa. Kereta ini terinspirasi dari pengembangan interior kereta Nusantara. Kereta yang dapat memuat 20 penumpang dilengkapi fasilitas kamar tidur, ruang keluarga, serta ruang makan yang bersebelahan dengan mini bar. Ruang utama dengan sofa untuk 14 orang, dan enam kursi di ruang makan yang dapat difungsikan sebagai ruang meeting.[1]
Interior kereta wisata Jawa.
Kereta wisata terbaru milik PT KAI ini didesain hanya untuk 21 penumpang
dengan formasi 2-1 sebanyak tujuh baris. Kursi dapat diputar 45 derajat
menghadap jendela sehingga dapat melihat pemandangan selama perjalanan.[1]
Interior kereta wisata Imperial.
Kereta wisata Priority
Kereta ini adalah kereta pertama di Indonesia yang memiliki audio/video on demand (AVOD) seperti pesawat terbang.[1]
Kereta barang
Khusus di Pulau Jawa, pemasaran angkutan barang semula kurang diminati pasar karena dalam perjalanan kalah prioritas dengan kereta penumpang. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan terakhir yang sudah melalui tahapan modernisasi sarana angkutan barang, telah dimungkinkan hadirnya kereta barang dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda dengan kereta penumpang sehingga perjalanannya jauh lebih lancar.[16][17]
Khusus di Pulau Jawa, pemasaran angkutan barang semula kurang diminati pasar karena dalam perjalanan kalah prioritas dengan kereta penumpang. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan terakhir yang sudah melalui tahapan modernisasi sarana angkutan barang, telah dimungkinkan hadirnya kereta barang dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda dengan kereta penumpang sehingga perjalanannya jauh lebih lancar.[16][17]
Layanan kereta barang yang dilayani saat ini sudah ada beberapa macam seperti kereta pengangkut peti kemas, kereta pengangkut batu bara, kereta pengangkut semen, dan sebagainya.
Untuk mengoptimalkan layanan kereta berbasis barang pada saat ini PT
Kereta Api Indonesia membuat anak perusahaan yang bernama PT Kereta Api
Logistik (Kalog) yang fungsi utamanya adalah untuk melayani dan
mengoperasionalkan layanan barang berbasis kereta api.Kereta Peti Kemas.
Kereta Ketel Minyak.
Baja Satwa
Kereta barang Baja Satwa dikhususkan untuk mengangkut barang yang melayani rute Jakarta Kampung Bandan-Surabaya Pasar Turi. Barang yang diangkut kebanyakan berupa peti kemas yang jenis komoditas angkutannya tidak terbatas. Sayangnya, saat ini Stasiun Kampung Bandan sudah tidak aktif lagi.Kereta barang cepat
Kereta Kiriman Ekspress One Night Services Jakarta - Surabaya.
Lokomotif
Untuk sistem penomoran lokomotif mulai tahun 2011 menggunakan kombinasi huruf,angka yang menunjukan tahun didinaskan dan nomor urut. Kombinasi huruf yang digunakan untuk menunjukkan susunan roda (saat ini ada C, D, BB, dan jenis CC), dan nomor tiga digit digunakan untuk menunjukkan kelas (2 untuk kelas dengan transmisi listrik dan 3 untuk kelas dengan transmisi hidraulik atau mekanik), yang dimulai dari 00. Dua angka di tengah menunjukan lokomotif ini didinaskan pada tahun berapa dan dua atau tiga angka di belakangnya menunjukkan jumlah individu, mulai dari 01.[18]
Untuk sistem penomoran lokomotif mulai tahun 2011 menggunakan kombinasi huruf,angka yang menunjukan tahun didinaskan dan nomor urut. Kombinasi huruf yang digunakan untuk menunjukkan susunan roda (saat ini ada C, D, BB, dan jenis CC), dan nomor tiga digit digunakan untuk menunjukkan kelas (2 untuk kelas dengan transmisi listrik dan 3 untuk kelas dengan transmisi hidraulik atau mekanik), yang dimulai dari 00. Dua angka di tengah menunjukan lokomotif ini didinaskan pada tahun berapa dan dua atau tiga angka di belakangnya menunjukkan jumlah individu, mulai dari 01.[18]
Misalnya:
- D301 68 70: Lokomotif diesel hidraulik generasi kedua dengan susunan roda D (empat gandar) didinaskan pada tahun 1968 dengan nomor urut 70
- CC203 98 13: Lokomotif diesel elektrik dengan susunan roda Co-Co generasi keempat didinaskan pada tahun 1998 dengan nomor urut 13
Kelas lokomotif diesel PT Kereta Api Indonesia[19]
Loko Diesel Hidraulik
|
Loko Diesel Elektrik
|
*) CC300 adalah milik Ditjen Perkeretaapian
Type Armada (Gerbong) "Kaki Besi" Kereta Api di Indonesia
Tahun 1953
·
B 0 53 01 eks B-53701 RK (Ekonomi)
Tahun 1954
·
B 0 54 02 JAKK (Bisnis)
·
B 0 54 03 JAKK (Parcel ONS : Bagasi Mobil)
·
B 0 54 04 JAKK (Ekonomi)
·
B 0 54 05 JAKK (Eksa)
·
B 0 54 06 JAKK (Eksa)
Tahun 1955
·
B 0 55 01 RK (Eksa)
Tahun 1958
·
B 0 58 01 RK (Hijau-Putih-Orange)
·
B 0 58 02 JAKK (Argo)
Tahun 1965
·
B 0 65 01 JAKK
·
B 0 65 02 JAKK
Tahun 1966
·
B 0 66 02 JAKK
Tahun 1978
·
B 0 78 02 JAKK
Tahun 1980
·
B 0 80 01 JAKK
·
B 0 80 03 JAKK
Tahun 1982
·
B 0 82 01 JAKK
·
B 0 82 03 JAKK
·
B 0 82 16 JAKK
Tahun 2007
·
B 0 07 01 JAKG
·
B 0 07 02 JAKG
·
B 0 07 03 JAKG
·
B 0 07 04 JAKG
·
B 0 07 06 JAKG
·
B 0 07 07 JAKG
·
B 0 07 08 JAKG
·
B 0 07 09 JAKG
·
B 0 07 10 JAKG
·
B 0 07 11 JAKG
·
B 0 07 12 JAKG
·
B 0 07 13 JAKG
·
B 0 07 14 JAKG
·
B 0 07 15 JAKG
·
B 0 07 18 JAKG
Tahun 2008
·
B 0 08 03 JAKG
·
B 0 08 04 JAKG
·
B 0 08 05 JAKG
·
B 0 08 08 JAKK
·
B 0 08 09 JAKK
·
B 0 08 10 JAKK
·
B 0 08 11 JAKK
·
B 0 08 16 JAKG
·
B 0 08 17 JAKG
·
B 0 08 18 JAKG
·
B 0 08 19 JAKG
·
B 0 08 20 JAKG
Tahun 2009
·
B 0 09 01 JAKG
·
B 0 09 02 JAKG
·
B 0 09 03 JAKG
·
B 0 09 04 JAKG
·
B 0 09 05 JAKG
·
B 0 09 06 JAKG
·
B 0 09 07 JAKG
·
B 0 09 08 JAKG
·
B 0 09 09 JAKG
·
B 0 09 10 JAKG
·
B 0 09 11 JAKG
·
B 0 09 12 JAKG
·
B 0 09 13 JAKG
·
B 0 09 14 JAKG
·
B 0 09 16 JAKG
Tahun 2014
·
B 0 14 18 JAKG
·
B 0 14 19 JAKG
·
B 0 14 20 JAKG
·
B 0 14 21 JAKG
·
B 0 14 22 JAKG
·
B 0 14 23 JAKG
·
B 0 14 24 JAKG
·
B 0 14 25 JAKG
·
B 0 14 26 JAKG
·
B 0 14 27 JAKG
·
B 0 14 28 JAKG
·
B 0 14 29 JAKG
·
B 0 14 30 JAKG
·
B 0 14 31 JAKG
·
B 0 14 32 JAKG
·
B 0 14 33 JAKG
Pada tahun 2015, KAI mengoperasikan:
- 409 unit lokomotif;
- 572 unit KRL;
- 108 unit KRD;
- 1.507 unit kereta penumpang; dan
- 6.499 unit gerbong [20]
Lokomotif diesel elektrik PT KAI sebagian besar dibuat di Amerika Serikat atau Kanada, sedangkan diesel hidraulik kebanyakan Jerman. Unit listrik beberapa kebanyakan buatan Jepang. Industri lokal mampu membangun beberapa unit, baik diesel dan listrik.
Kereta kecepatan tinggi di Indonesia
Rencana
jalur kereta api cepat di pulau Jawa, Indonesia.
Rencana untuk
membangun kereta api berkecepatan tinggi di Indonesia telah diumumkan
oleh Pemerintah pada bulan Juli 2015.[1]
Proyek kereta kecepatan tinggi perdana di Indonesia
dan mungkin juga perdana di Asia Tenggara ini direncanakan akan menghubungkan
ibu kota negara Jakarta
dengan kota Bandung
di provinsi Jawa Barat, dengan jarak membentang sejauh 150
kilometer. Proyek ini juga diharapkan akan berkembang lebih lanjut ke tahap
berikutnya dengan menghubungkan kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya di Jawa Timur.
Jepang dan Tiongkok telah
mengungkapkan ketertarikan mereka untuk ikut serta dalam tender proyek ini,
sebelumnya kedua negara Asia tersebut telah menggelar studi komprehensif
mengenai proyek ini.[1]
Pada akhir
September 2015, Indonesia memberikan proyek kereta api senilai
multi-miliar-dollar ini kepada Tiongkok,[2][3]
sebuah keputusan yang sangat mengecewakan Jepang.[4]
Disebutkan bahwa tawaran Tiongkok untuk membangun jalur kereta cepat
Jakarta-Bandung tanpa memerlukan jaminan dan pembiayaan dari Pemerintah
Indonesia, adalah poin yang paling menentukan jatuhnya pilihan Jakarta kepada
Tiongkok.[5]
Proyek pembangunan
dijadwalkan akan dimulai pada akhir 2015. Jalur kereta kecepatan tinggi
Jakarta-Bandung direncanakan akan mulai beroperasi dan mulai melayani publik
pada tahun 2019.[6]
Sejarah
dan pengembangan
Proposal
JICA
Shinkansen Seri E5 yang ditawarkan Jepang.
Sejak 2008, Jepang
telah lama merintis rencana untuk mengekspor teknologi kereta api berkecepatan
tinggi Shinkansen
kepada Indonesia. Ketika Festival Persahabatan Indonesia-Jepang digelar pada
bulan November 2008, Jepang memamerkan teknologi Shinkansen milik mereka untuk
memukau khalayak Indonesia.[7]
Skema pendanaan melalui pinjaman lunak telah diusulkan oleh JICA untuk membangun kereta kecepatan tinggi yang menghubungkan
koridor padat penduduk di pulau Jawa; dari ibu kota Jakarta menuju Surabaya
(sepanjang 730 km).[8][4]
Kini pulau Jawa tengah mengalami masalah yang sama seperti yang pernah dialami
pulau Honshu
sebelum dibangunnya jaringan kereta cepat; yaitu kepadatan dan kemacetan akibat
tingginya volume transportasi barang dan penumpang.[9]
Gagasan pembangunan jaringan kereta berkecepatan tinggi telah dicetuskan sejak
beberapa tahun lalu.
Belakangan muncul proposal baru yang membagi proyek menjadi beberapa tahap; dengan tahap pertama menghubungkan Jakarta dengan Bandung, menempuh jarak 150 kilometer dalam tempo kurang lebih 35 menit. Hal ini memangkas waktu tempuh kereta konvensional dari 3 jam menjadi kurang dari satu jam. Biaya ditaksir akan menghabiskan dana sebesar 50 triliun rupiah. Studi kelayakan JICA secara rinci telah rampung pada 2014, setelah menindaklanjuti studi awal pada tahun 2012. Pada tahun 2013 Indonesia mengalami kebangkitan dan perkembangan pembangunan infrastruktur kereta api, di mana dalam beberapa tahun terakhir jaringan rel diperbaiki, ditambah, dan ditingkatkan. Ide pembangunan koridor kereta api berkecepatan tinggi telah diusulkan, namun ditunda dengan alasan pembiayaannya terlalu mahal.
Belakangan muncul proposal baru yang membagi proyek menjadi beberapa tahap; dengan tahap pertama menghubungkan Jakarta dengan Bandung, menempuh jarak 150 kilometer dalam tempo kurang lebih 35 menit. Hal ini memangkas waktu tempuh kereta konvensional dari 3 jam menjadi kurang dari satu jam. Biaya ditaksir akan menghabiskan dana sebesar 50 triliun rupiah. Studi kelayakan JICA secara rinci telah rampung pada 2014, setelah menindaklanjuti studi awal pada tahun 2012. Pada tahun 2013 Indonesia mengalami kebangkitan dan perkembangan pembangunan infrastruktur kereta api, di mana dalam beberapa tahun terakhir jaringan rel diperbaiki, ditambah, dan ditingkatkan. Ide pembangunan koridor kereta api berkecepatan tinggi telah diusulkan, namun ditunda dengan alasan pembiayaannya terlalu mahal.
Jepang dengan
reputasinya sebagai produsen kereta api unggul kelas dunia sepertinya
dipastikan akan dengan mudah memenangi kontrak kereta cepat di Indonesia. Akan
tetapi, semua itu berubah pada April 2015, ketika Tiongkok turut serta bersaing
dengan memberikan penawaran balasan.[10]
Tawaran
Tiongkok
Model CRH380A yang ditawarkan Tiongkok.
Pada bulan April
2015, Tiongkok mengajukan tawaran untuk pembangunan proyek rel kecepatan tinggi
kepada Indonesia, hal ini cukup mengejutkan dan mencemaskan Jepang yang telah
lama mengincar proyek ini.[5]
Pada bulan Juli 2015, pemerintah Indonesia mengungkapkan rencana mereka untuk
membangun jaringan rel berkecepatan tinggi yang akan menghubungkan Jakarta dan
Bandung, serta menggelar kontes antara Jepang dan Tiongkok sebagai peserta
tender potensial.[1]
Proyek ini telah
mendorong Tiongkok dan Jepang terlibat lebih jauh ke dalam persaingan sengit
melalui lobi-lobi yang intensif. Dikatakan bahwa, alasan mendasar di balik
kegigihan luar biasa yang ditampilkan oleh Jepang dan Tiongkok, telah melampaui
alasan faktor ekonomi semata. Kontes ini telah menjadi bagian dari permainan
politik dan ekonomi tingkat tinggi yang jauh lebih besar antara dua kekuatan
utama Asia; Jepang dan Tiongkok bersaing untuk merebut pengaruh strategis yang
lebih besar di kawasan Asia Pasifik.[11]
Setelah
berbulan-bulan penawaran dan lobi dilancarkan, revisi dan pembicaraan antara
presiden dan perdana menteri bahkan pembatalan singkat proyek pada akhir
September 2015 Indonesia memilih Tiongkok sebagai pemenang proyek senilai 5
miliar dollar AS ini.[6]
Kepala Sekretaris
Kabinet Jepang Yoshihide Suga menyatakan "sangat
menyesalkan" dan "sulit memahami" pilihan Indonesia ini.[10]
Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini
Soemarno, penawaran Tiongkok dipilih karena struktur keuangannya dinilai
lebih menguntungkan, karena tidak seperti penawaran Jepang, proposal Tiongkok
tidak memerlukan jaminan dan pendanaan dari pemerintah Indonesia.[12]
Untuk memesan tiket kereta api di Indonesia, dapat
dilakukan dengan beragam cara:
1. Loket Stasiun PT KAI
Pembelian di loket stasiun dibuka mulai 3 jam sebelum keberangkatan kereta api yang dimaksud. Pemesanan tiket kereta api dilayani mulai 30 hari hingga 3 jam sebelum kereta tujuan berangkat. Harga tiket disesuaikan dengan tarif kereta yang dimaksud.
Pembelian di loket stasiun dibuka mulai 3 jam sebelum keberangkatan kereta api yang dimaksud. Pemesanan tiket kereta api dilayani mulai 30 hari hingga 3 jam sebelum kereta tujuan berangkat. Harga tiket disesuaikan dengan tarif kereta yang dimaksud.
2. Pusat Reservasi
Pembelian maupun pemesanan tiket kereta apidilayani sejak 30 hari hingga 3 jam sebelum keberangkatan kereta bersangkutan. Calon penumpang bisa langsung memesan tiket dan membayar sesuai tarif kereta yang dimaksud. Penumpang pun bisa langsung mendapatkan tiket yang diinginkan saat itu juga.
Pembelian maupun pemesanan tiket kereta apidilayani sejak 30 hari hingga 3 jam sebelum keberangkatan kereta bersangkutan. Calon penumpang bisa langsung memesan tiket dan membayar sesuai tarif kereta yang dimaksud. Penumpang pun bisa langsung mendapatkan tiket yang diinginkan saat itu juga.
3. Agen
Agen melayani pembelian kereta api sejak 30 hari hingga 1 hari sebelum keberangkatan kereta bersangkutan. Calon penumpang bisa langsung mendatangi agen untuk membeli tiket dengan membayar sesuai tariftiket kereta ditambah ekstra charge. Maka, calon penumpang bisa langsung mendapatkan tiket. Agen hanya menjual tiket kereta api bagi penumpang dewasa dan anak-anak tanpa pelayanan reduksi.
Agen melayani pembelian kereta api sejak 30 hari hingga 1 hari sebelum keberangkatan kereta bersangkutan. Calon penumpang bisa langsung mendatangi agen untuk membeli tiket dengan membayar sesuai tariftiket kereta ditambah ekstra charge. Maka, calon penumpang bisa langsung mendapatkan tiket. Agen hanya menjual tiket kereta api bagi penumpang dewasa dan anak-anak tanpa pelayanan reduksi.
4. Call Center
Pembelian maupun pemesanan tiket kereta api dilakukan melalui call center kereta api dengan nomor panggilan 121 atau (021) 21391121. Setelah menghubungi nomor tersebut, calon penumpang akan mendapatkan kode bayar atau kode booking untuk digunakan saat membayar melalui ebanking. Beberapa bank yang bisa melayani pembayaran tiket kereta api sementara ini adalah ATM Bank Mandiri, BII, BRI, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Tengahdan OCBC NISP.
Batas waktu pembayaran maksimal 3 jam setelah mendapatkan kode booking. Jika melewati batas waktu 3 jam belum dibayar, pemesanan dianggap batal secara otomatis. Struk pembayaran ATM akan ditukarkan ke loket penjualan di stasiun yang sudah online. Call center melayani pemesanan sejak 30 hari hingga 1 hari sebelum kereta tujuan diberangkatkan. Pemesanan tiket tersebut hanya untuk tiket dewasa serta anak-anak tanpa pelayanan reduksi.
Pembelian maupun pemesanan tiket kereta api dilakukan melalui call center kereta api dengan nomor panggilan 121 atau (021) 21391121. Setelah menghubungi nomor tersebut, calon penumpang akan mendapatkan kode bayar atau kode booking untuk digunakan saat membayar melalui ebanking. Beberapa bank yang bisa melayani pembayaran tiket kereta api sementara ini adalah ATM Bank Mandiri, BII, BRI, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Tengahdan OCBC NISP.
Batas waktu pembayaran maksimal 3 jam setelah mendapatkan kode booking. Jika melewati batas waktu 3 jam belum dibayar, pemesanan dianggap batal secara otomatis. Struk pembayaran ATM akan ditukarkan ke loket penjualan di stasiun yang sudah online. Call center melayani pemesanan sejak 30 hari hingga 1 hari sebelum kereta tujuan diberangkatkan. Pemesanan tiket tersebut hanya untuk tiket dewasa serta anak-anak tanpa pelayanan reduksi.
Tips mengunakan transportasi Kereta Api
Apa pun jenis keretanya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat berpergian dengan kendaraan transportasi yang satu ini, di antaranya adalah:
Apa pun jenis keretanya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat berpergian dengan kendaraan transportasi yang satu ini, di antaranya adalah:
- Menjaga barang-barang yang kita bawa setiap saat. Karena segala macam bentuk tindakan kejahatan yang tidak diinginkan bisa saja terjadi.
- Siapkanlah perbekalan secukupnya. Hal ini bisa dilakukan saat kita tidak ingin membeli jajanan yang ada di kereta api ekonomi, bisnis atau pun kereta api kelas eksekutif.
- Jika ingin menaiki kereta ekonomi, alangkah baiknya memesan tiket dua hari sebelum keberangkatan. Sementara itu untuk kereta api kelas bisnis dan eksekutif, alangkah baiknya memesan tiket seminggu sebelum keberangkatan.
- Usahakan naik kereta api pada pagi hari atau siang hari. Karena kita bisa melihat beberapa pemandangan indah di sepanjang perjalanan. Hal ini sangat sulit sekali kita temui pada saat naik kereta api pada malam hari.
- Hindarilah berdiri di antara gerbong pada kereta api kelas ekonomi atau pun kereta ekonomi kelas bisnis. Karena hal tersebut bisa saja menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
- Patuhi semua peraturan PT. KAI sebagai operator “Kaki Besi” Kereta Api di Indonesia
- Harga tiket kereta api bisa saja melonjak naik dari apa yang telah disebutkan tadi. Tergantung pada momennya. Apakah saat lebaran atau saat libur panjang tiba.
Museum {blogger} “Kaki Besi” Kereta Api Indonesia
Galeri Foto keelokan panorama mengunakan transportasi Kereta Api
Foto Kereta Api Indonesia dalam Impian & Cita-cita
Foto Kereta Api "Beda Tujuan"
Galeri Foto Menyedihkan
Galeri Foto "Nostalgia" Kereta Api Indonesia
Pada masa peralihan traksi uap menjadi traksi diesel, beberapa lokomotif uap telah dibawa ke Ambarawa dan Taman Mini untuk dilestarikan dalam bentuk museum kereta api. Bagi para penggemar kereta api uap dapat melihat di museum kereta api di seluruh dunia, dan di Indonesia dapat dilihat di Taman Mini (DKI Jakarta), Museum Kereta Api Ambarawa (Jawa Tengah), atau Museum Kereta Api Sawahlunto (Sumatera Barat).
Selamat berkunjung ke museum "Kaki Besi" Kereta Api....
Semoga bermanfaat.
bagus artikelnya min
ReplyDeletejozz
Mumet mencari situs agen bola yang tepat dan aman ??
ReplyDeleteJangan ambil pusing.. sekarang telah hadir BOLAVITA
BOLAVITA merupakan situs agen bola, bandar bola, bandar taruhan bola yang terpercaya di Indonesia
Situs taruhan bola sbobet ibcbet dan pasaran bola terbaik
BOLAVITA menyediakan berbagai macam jenis permainan untuk anda seperti...
dominoqq online, bandarq, slot game, tangkas online, number game dan masih banyak lagi.
Minimal Deposit & Withdraw hanya Rp 50.000,-
BOLAVITA memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik untuk semua pelanggan
Bonus Spesial
Cashback 5% - 10%,
Rollingan Casino 0.5% + 0.7%
Bonus Akhir Tahun Freebet 1 Juta
Fasilitas Exclusive
Proses deposit & Withdraw Super Cepat
Costumer Service Cantik Dan Profesional Online 24Jam
Kami Bekerja Sama Dengan Bank Lokal Terbesar Di Indonesia
* BCA
* BNI
* BRI
* MANDIRI
* CIMB NIAGA
* DANAMON
* DAN SEMUA BANK INDONESIA
Boss Juga Bisa Kirim Via :
Wechat : Bolavita
WA : +6281377055002
Line : cs_bolavita
BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )