Selamat atas tersusun'y dewan komisaris-direksi NKRI Holding....

728x90 AdSpace

Kolamz Post
Theme images by Colonel. Powered by Blogger.
Monday 25 March 2013

Senyum Penghilang Penat

Sorry bro...

Artikel ini semalam sempat hilang dari peredaran...? karena memang harus ada yang di edit demi menjaga salah satu etika dalam menulis, kalau-kalau diprotes, karena protesnya orang Indonesia dengan negara-negara lain agak berbeda, wakakak...

Di Indonesia pada umumnya kalau ada orang merasa keberatan pada suatu masalah dan dimuat dalam tulisan pada salah satu media elektronik (blog, facebook, twitter dll), cara memberi bantahan (pledoi) bukan dalam bentuk tulisan tapi jalur hukum, kejadian menonjol dari kasusnya Prita Mulyasari, Damar Juniarto juga ada di media cetak, Khoe Seng Seng dengan PT Duta Pertiwi (Sinar Mas Group) adalah bukti bahwa kita belum siap menerima kritik dan saran, padahal katanya kita "maunya" hidup di negara yang menganut system "demokrasi", akan tetapi belum siap menerima kritik dan saran dari lingkungan sekitarnya. 

Pada sisi lain kalau kita mengritik jalannya roda pemerintahan, sangat-sangat "luar biasa" pedasnya akan tetapi bila yang mendapat kritik adalah perseorangan (individu) ataupun sebuah korporasi, sangat-sangat jauh berbeda.... makanya saya sependapat dan "angkat topi" dengan cara Prof. Yusril Ihza Mahendra (pakar humum Tata Negara) yang memfungsikan dirinya sebagai mediator antara penulis buku "Laskar Pelangi", Andrea Hirata dengan pemilik tulisan "sanggahan", di blognya, pada blog Kompasiana, Damar Juniarto beberapa waktu yang lalu, yang mengutamakan jalan "Demokrazi" atau musyawarah mufakat. (ga mau diadu domba). Demokrasi kok...sedikit-sedikit ada masalah...? larinya ke ranah hukum, negeri yang aneh.... seperti ga tahu tulis menulis...

Okelah sob...kita lanjutkan saja dunia kita...walaupun mungkin dunia kita masih teramat kecil, tapi yang terpenting kita tidak bermaksud untuk mengganggu orang lain sesama hidup di alam fana ini.


Begini sob... seperti pada tulisan saya terdahulu yang berjudul "Opera pelepas lelah", dalam ulasan artikel ini juga ga beda-beda jauh, yakni mengisi kembali sisi-sisi relung hati kita yang sering terabaikan dikarenakan kesibukan yang menuntut. Disebabkan oleh rutinitas kehidupan yang kita jalani ini, maka kita senantiasa dihadapkan pada berbagai persoalan yang tak kunjung selesai, malah ada yang kadang sampai berlarut-larut, oleh karena itu agar fikiran dan suasana hati kita dapat lebih "fresh" maka diperlukan sebuah "anekdot" alias "humoria" kecil yang dapat membangkitkan selera hidup yang lebih bersemangat.


Inilah salah satu kata "populer" yang sering diucapkan oleh orang-orang yang sering mengikuti berbagai seminar yang membahas mengenai semangat diri atau kerennya "motivasi", yakni kalimat "semangat pagi" pengganti kata "selamat pagi", walaupun waktunya telah siang bahkan malam sekalipun, akan tetap diucapkan oleh mereka sebagai bagian dari menciptakan "efek" semangat hidup agar tidak memudar ditengah kesibukan yang melilit dan aktifitas yang meningkat, jadi ini dapat dijadikan sebagai inspirasi dan wawasan baru tentunya bagi anda yang sedang "down" semangatnya dalam menjalani "cerita" alur kehidupan ini. Nah dibawah ini juga, saya suguhkan beberapa anekdot yang pantas anda simak, semoga bisa membawa suasana hati anda tersenyum kembali.


Selamat menikmati dan jangan lupa bahagiakan hati dengan "senyum" selagi senyum itu belum dilarang oleh Negara.


Baca juga: Lagu merdu dari kapitalisme sosialisme
 
Dua ekor sapi dan ideologi

Anda mempunyai dua ekor sapi dan apa yang akan terjadi dengan anda sangat tergantung dari ideologi yang berlaku.

Feudalisme:

Anda punya dua ekor sapi dan penguasa akan mengambil sebagian susunya.

Sosialisme:

Pemerintah akan mengambil sapi anda, meletakkannya di kandang bersama-sama dengan sapi-sapi milik orang lain. Anda diharuskan memelihara sapi tersebut dan pemerintah akan memberi anda susu sesuai kebutuhan.

Fasisme:

Anda punya dua ekor sapi. Pemerintah membayar anda untuk memeliharanya, kemudian menjual susunya kepada anda.

Komunisme:

Anda punya dua ekor sapi. Semua tetangga ikut memeliharanya dan susu yang dihasilkan dibagi rata.

Diktatorian:

Anda punya dua ekor sapi. Pemerintah mengambil keduanya dan membunuh anda.

Militerianisme:

Pemerintah mengambil kedua sapi anda dan memanggil anda untuk mengikuti wajib militer.

Demokrasi:

Pemerintah menjanjikan akan memberi dua ekor sapi jika anda memilih kembali partainya. Ketika pemilu selesai, presiden terpilih dituduh terlibat sapi politik dan media massa menyebutnya sapigate.

Kapitalisme:

Anda punya dua ekor sapi. Anda jual seekor dan hasilnya dibelikan sapi jantan.

Environmentalisme:

Anda mempunyai dua ekor sapi. Pemerintah melarang anda mengambil susunya ataupun membunuh mereka.

Feminisme:

Anda mempunyai dua ekor sapi. Mereka menikah dan mengadopsi anak sapi.


Sejarah pengobatan

Berikut ini sejarah ilmu pengobatan untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang pernah ada:
Tahun 2000 sebelum Masehi: Minumlah ramuan obat dari akar-akar tanaman.
Tahun 1000 sesudah Masehi: Akar-akaran tidak manjur, bacalah mantra-mantra.
Tahun 1850 sesudah Masehi: Mantra itu takhayul, ini minumlah jamu.
Tahun 1940 sesudah Masehi: Jamu itu dibuat dari minyak ular, telan aja pil.
Tahun 1985 sesudah Masehi: Pil tidak efektif, pakai antibiotik
Tahun 2000 sesudah Masehi: Antibiotik itu nggak natural, minumlah ramuan obat dari akar-akar tanaman.

Baca juga: Seputar asam urat dan obat traditional

Kecermatan
Seorang profesor sedang memberikan pelajaran autopsi (bedah mayat) kepada para mahasiswa kedokteran yg mengelilinginya di dalam kelas.

Sang profesor berdiri si sebelah mayat yang terbaring terlungkup di atas meja. "Dalam dunia kedokteran, kita harus selalu ingat dua hal penting, pertama kita harus tegar, tidak boleh merasa jijik", kata sang profesor sambil mencolokkan jarinya ke anus si mayat, lalu menjilatnya seperti menjilat es krim.


 "Ayo sekarang giliran kalian mempraktekkannya!" Maka dengan sangat terpaksa para mahasiswa itupun melakukan apa yg diperintahkan. Setelah semua mendapat giliran untuk melakukannya, sang profesor melanjutkan kuliahnya.


"Dan hal penting yang kedua adalah... memperhatikan dengan secermat-cermatnya!! Coba berapa di antara kalian yang memperhatikan bahwa tadi saya mencolokkan jari telunjuk dan menjilat jari tengah?!?''


Baca juga: Kriteria dokter yang baik 
 
Jenis kelamin komputer
Ada 10 alasan kenapa komputer dikatakan sebagai lelaki dan ada lima alasan kenapa dikatakan sebagai perempuan.

Sepuluh alasan komputer disebut lelaki:

1. Datanya sangat banyak, tapi tetap saja nggak jelas.
2. Kelihatan bagus, bersih, dan licin di toko. Tapi setelah dibawa pulang…
3. Model yang lebih baik selalu akan muncul.
4. Sangat perlu untuk mempunyai cadangan.
5. Lampu menyala, tapi nggak ada orangnya.
6. Enaknya punya komputer cuma satu, ada game-nya.
7. Untuk mendapatkan perhatiannya, anda harus menghidupkannya.
8. Kenaikan tegangan yang tinggi bisa membuatnya KO
8. Akan melakukan apa saja yang anda minta hanya dengan menekan tombol yang benar.
9. Ukuran sangat penting.

Lima alasan kenapa komputer disebut perempuan:

1. Hanya penciptanya yang benar-benar bisa mengerti.
2. Kesalahan sekecil apapun akan disimpan dan dijadikan referensi di masa datang.
3. Begitu punya satu, anda akan menghabiskan banyak uang untuk aksesorinya.
4. Bahasa’-nya sangat eksklusif.
5. Bad command or filename’ boleh diterjemahkan sebagai "kalau nggak ngerti kenapa aku marah, ya udah. emang gue pikirin".

Baca juga: Tips menggunakan laptop yang baik

Si A tak Butuh Otak

Ketika masih kolonel, Si A setiap hari bermimpi bisa segera jadi jenderal. Karena terus memikirkan kariernya agar bisa cepat melonjak, Kolonel A akirnya menderita tumor otak.

Terpaksa sebuah operasi dilakukan. Si A diminta agar tetap diopname di rumah sakit sambil menunggu tumor otaknya diangkat. Sementara itu semua informasi yang masuk colonel A disaring agar penyakitnya tak bertambah parah.


Banyak diantara bawahan Si A membesuk khususnya setelah bekas operasi di kepala sang kolonel agak sembuh.


“Pak, ada kabar gembira yang belum saya sampaikan kepada Bapak, soalnya selama ini ‘kan Bapak sakit,” ujar seorang bawahan memulai percakapan dengan Si A yang sedang berbaring di ranjang.


 “Berita apa itu?” tanya Si A.


“Bapak sekarang sudah diangkat jadi jenderal!” jawab sang bawahan.


Sementara itu dokter yang mengoperasi tumor otak Si A datang. Ia kelihatan sangat panik. “Aduh. Gimana ya Pak? otak Bapak yang saya operasi lupa saya masukkan kembali ke dalam kepala Bapak ...,” ujar si dokter setengah melapor.


“Ah, nggak apa-apa Dok. Tak usah repot-repot. Saya sekarang setelah jadi jenderal, jadi nggak perlu pakai otak lagi ...”



Hari kiamat

Tuhan memanggil tiga orang pemimpin penting dunia dan mengatakan bahwa "Dia" sudah muak dengan segala masalah di dunia dan memutuskan akan menghancurkan bumi dalam waktu tiga hari.


Setelah menghadiri pertemuan dengan Tuhannya tersebut, ketiga pemimpin negara kemudian;
 

Bill Clinton kembali ke Washington, mengumpulkan rakyatnya dan berkata;
"Saya mempunyai berita bagus dan berita buruk. Berita bagusnya adalah bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Sedangkan berita buruknya kita telah banyak berbuat kesalahan dan hari kiamat akan tiba dalam tiga hari ini”.

Jiang Zemin kembali ke Cina dan berkata kepada rakyatnya;

"Saya punya satu berita buruk dan satunya lebih buruk lagi. Berita buruknya Tuhan ternyata benar ada dan yang lebih buruk lagi, dalam tiga hari ini Dia akan menghentikan rencana kita untuk menguasai dunia”.

Gus Dur kembali ke Jakarta dan berkata kepada masyarakat Indonesia;

"Saya mempunyai satu berita bagus dan satunya malah lebih bagus lagi. Berita bagusnya, Tuhan mengira kalau saya adalah salah satu dari tiga pemimpin penting dunia. Yang lebih bagus lagi, krismon (krisis moneter) akan berakhir tiga hari lagi”.


Dimana otaknya

Seorang Indonesia menderita kecelakaan parah sehingga membutuhkan operasi otak yang canggih di USA. Dokter di USA yang sedang melakukan operasi tersebut melakukan pembedahan pada kepala korban, namun terjadi heboh besar karena ternyata didalam kepala korban tidak terdapat otak. Karena mengalami jalan buntu, dokter tersebut menelpon koleganya yang biasa menangani operasi otak orang Indonesia. Kolega ini dengan tenangnya menyarankan agar dokter tersebut jangan mencari otak orang Indonesia di kepala tetapi di “dengkul” (lutut) ... voila ... ternyata setelah dicheck ... memang betul otak orang Indonesia tersebut betul-betul di “dengkul”.

Baca juga:  Pemurnian air seni untuk air minum

Kunjungan pejabat

Seorang pejabat pemerintahan pusat berkunjung ke kampung halamannya. Sebagai orang yang amat disegani dan dikagumi, semua orang se-kecamatan berbaris menyambutnya.

Badu, pengusaha kecil yang cukup berhasil, berusaha mencari perhatian sang pejabat dengan memakai setelan bajunya yang terbaik dan termahal. Sang pejabat berjalan sambil tersenyum kepada orang-orang yang berjejer mengelu-elukannya.


Badu berusaha menarik perhatian agar diajak bicara dengan maju selangkah ke depan. Akan tetapi pejabat tersebut melewatinya dan setelah melewati dua orang lagi, ia berhenti dan mengajak bicara seorang lelaki yang berpakaian kumal.


“Ternyata ia hanya mau bicara dengan orang miskin,” batin Badu. Ia lalu memberi uang Rp.100.000 kepada lelaki kumal tersebut dan menukar bajunya. Baju kumal ia kenakan dan Badu berlari-lari menuju barisan yang belum dilewati pejabat.


Seperti yang ia harapkan, ketika melihat Badu, sang pejabat menghampirinya. Pejabat tersebut mendekatkan mulutnya ke telinga Badu dan berbisik, “Tadi kan aku sudah bilang kalau kamu sebaiknya keluar dari barisan itu?!”



Fakta konyol

Kita menginginkan adanya undang-undang yang mengatur dan memberlakukan batas kecepatan mobil yang diperbolehkan (maksimum 100 km per jam di tol). Di lain pihak, kita tidak akan membeli mobil yang tidak bisa lari di atas 100 km per jam.

Semakin banyak stasiun televisi yang berdiri, begitu juga radio, majalah dan koran. Akan tetapi lebih dari setengah penduduk masih saja bingung apa yang sedang terjadi di negeri ini.


Setiap pagi kita menghabiskan waktu mencari-cari botol vitamin, meminumnya dengan harapan agar bisa hidup lebih lama, kemudian menyetir mobil dengan kecepatan tinggi karena takut terlambat.


Kita sering kesal kalau anak meminta uang Rp 5.000 untuk membeli buku tulis yang tak akan habis dalam sebulan, tapi dengan entengnya kita mengeluarkan hampir Rp100.000 untuk rokok dalam sebulan.


Kita selalu menuntut penegakan hukum pada pelanggaran lalu lintas, di lain pihak ketika kita yang melanggarnya, kita merasa sangat kesal jika kena tilang.


Kita menginginkan keseimbangan neraca perdagangan (antara impor dan ekspor), tapi kenyataanya kita selalu tergoda untuk membeli barang impor.


Di kantor kita membicarakan tentang golf, sepakbola dan belanja di mal. Ketika bermain golf atau menonton pertandingan sepakbola, kita membicarakan bisnis dan belanja di mal.



Ramalan untuk sang Gubernur

Seorang berwajah India mendatangi sang Gubernur waktu beliau sedang main golf. Kepada Pak Gub, si India berbisik dengan serius, “Saya berani pastikan sesuatu akan terjadi. Dalam waktu sebulan ini, pantat Bapak akan pelan-pelan berbentuk beringin dan berwarna kuning.”

Pak Gub kaget, mau marah, tapi si India berkata lagi: “Saya bisa meramal, Bapak, percayalah! Kalau dalam tempo sebulan ini pantat Bapak tidak berubah jadi berbentuk beringin dan menjadi kuning, saya akan mengaku kalah. Saya akan bayar Bapak Rp 100 juta.”


Sang Gubernur yakin, si India akan kalah. “Oke, kita bertaruh saja! Kalau pantat saya berubah seperti kamu ramal, saya bayar kamu Rp 100 juta. Kalau tidak berubah, kamu bayar saya Rp 100 juta!”


“Oke, oke. Kita bertaruh!”, jawab di India.


Semenjak itu, setiap pagi, sehabis mandi, sebelum ke kantor, Pak Gub diam-diam membuka celana dan melihat pantatnya sendiri di cermin.


Mengecek. Dia cemas juga, sebenarnya, jangan-jangan si India benar. Kadang-kadang dia memang melihat sedikit warna kuning dipantatnya sendiri, tapi syukurlah, bentuk itu pantat masih normal, belum jadi seperti beringin. Begitulah tiap hari dia bilang
syukurlah bahwa pantatnya masih seperti dulu.

Pada akhir bulan, dia datang ke kantor pagi-pagi. Itulah hari yang menentukan dia menang atau kalah. Tapi agak kaget juga dia, lantaran di ruang tunggu tamu pagi-pagi itu si India sudah duduk menanti. Juga agak heran Pak Gub kita, karena bersama si India ada seorang dengan wajah Cina, yang kemudian diperkenalkan kepadanya sebagai Chen Bao.


Si India berbisik kepada sang Gubenur: “Bapak, kita berdua perlu wasit. Maka saya bawa Si Bao ini bersama saya pagi ini, untuk jadi wasit, mana diantara kita yang menang. Bapak setuju, ‘kan?”


Pak Gub setuju. Dia bersemangat, karena tadi pagi sebelum berangkat dia sudah mengadakan pengecekan atas kondisi pantat sendiri dan tak ada perubahan yang nampak. Berarti di akan dapat uang.



Setelah acara basa-basi sejenak selesai, ketiga orang tersebut lalu segera masuk ke dalam ruang kerja Pak Gub. Pak Gub segera mempersilahkan duduk kepada tamu-tamunya, ajudan disuruh pergi, juga sekretaris. Yang ada di kamar itu cuma Pak Gub, si India, dan Chen Bao.

Pak Gub pun naik ke atas meja. “Lihat!”, serunya dengan percaya diri sendiri. “Kalian lihat sendiri bagaimana pantatku!”. Dan Pak Gub di atas meja itu membuka celananya dan diperlihatkannyalah pantatnya kedepan kedua tamunya.


Si India nampak kecewa. Ia pun berbisik kepada Chen Bao, yang segera pergi keluar dari ruangan. Lalu si India berkata kepada Gubernur Kita: “Bapak yang menang, saya yang kalah, saya bayar Bapak Rp. 100 juta. Kontan!”. Dan dari tas kulitnya dia keluarkan uang bundelan. Setelah dihitung, ada Rp 100 juta banyaknya.


Baca juga: Solusi sederhana penanggulangan banjir Jakarta 

Pak Gub berwajah sumringah. “Makanya jangan takabur. Sok pinter meramal!” begitu nasehat dan cemoohnya kepada si India. Lalu dia menyuruh si India keluar. Segera setelah itu, dia panggil sekretaris dan ajudannya. Dia mau traktir mereka makan di Hotel Santika dengan uang kemenangan mudah itu. Tapi dia lihat ajudannya gugup. Ada apa?


Ternyata sang ajudan melihat si India tertawa lebar ketika keluar dari ruang Pak Gub. “Gue menang!”, serunya kepada Chen Bao yang masih duduk di ruang tunggu. “Lu harus bayar gue Rp 300 juta!”.


Adapun sebelum datang rupanya si India bertaruh dengan Chen Bao: pagi itu dia akan bisa membuat sang Gubernur mempertontonkan pantat kepadanya.  


Dunia yang indah adalah, ketika kita dapat sejenak menikmati ragamnya isi kehidupan dalam sebuah senyum. 

Semoga lebih bermanfaat...

Salam hangat.


  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Senyum Penghilang Penat Rating: 5 Reviewed By: widjaja
×
Judul