Selamat atas tersusun'y dewan komisaris-direksi NKRI Holding....

728x90 AdSpace

Kolamz Post
Theme images by Colonel. Powered by Blogger.
Tuesday, 1 January 2013

Sumpit Cerminkan Perbedaan Budaya Kuliner Tiongkok dan Jepang

Apabila kita mendengar kata "sumpit" pasti apa yang ada dalam fikiran kita akan tertuju dengan rumpun beberapa suku bangsa manusia di benua Asia, yakni bangsa jepang dan bangsa Tiongkok, juga dapat kita temui pada kuliner bangsa Korea, Thailand dan Vietnam.

Sumpit diciptakan oleh bangsa Tiongkok dan sudah dikenal di Tiongkok sejak 3.000 hingga 5.000 tahun yang lalu. melalui berbagai fase budaya, akhirnya sekarang kita mengenal bentuk yang seperti sekarang ini walaupun demikian dari catatan sejarah, bentuk sumpit tidak mengalami perubahan yang berarti, hanya bahan untuk membuatnya yang disesuaikan dengan jaman dan peradaban manusia. Dahulu sumpit menggunakan gading gajah, perak, kayu dan bambu. Nah karena bahan seperti gading gajah sangat mahal dan tentunya merusak populasi gajah maka untuk jaman sekarang, bahan yang umum dipakai adalah kayu dan bambu yang biasanya tersedia pada restoran-restoran untuk sekali pakai, ada juga sumpit dari plastik atau mika.

Namun ternyata dari sumpit ini ada beberapa perbedaan antara sumpit bangsa Jepang dan sumpit bangsa Tiongkok, berikut kilasan catatan kecil yang saya ketahui dari judul artikel ini.

Perbedaan kebiasaan dan tradisi antara Tiongkok dan Jepang. Yang paling menarik dan paling sulit untuk dimengerti adalah masalah sumpit. Jika kita makan di restoran Tionghoa umumnya kita bisa melihat penggunaan sumpit tradisional Tiongkok, yang sama sekali berbeda dengan sumpit yang digunakan di Jepang. 

Perbedaan yang pertama adalah, di Jepang, sumpit yang digunakan oleh pria lebih besar dari pada sumpit yang digunakan oleh wanita, namun di Tiongkok tidak ada perbedaan seperti ini. Perlu saya jelaskan pula, di Jepang ada sejenis mangkok yang sepasang untuk pasangan suami istri juga terdapat perbedaan seperti itu, mangkok yang digunakan pria lebih besar dari pada mangkok wanita, ini menandakan porsi makanan wanita lebih sedikit dari pada pria, sementara di Tiongkok tidak ada konsep seperti itu. Maka dari itu peralatan yang digunakan pria maupun wanita sama sekali tidak ada perbedaan, sehingga sama sekali tidak membedakan siapa yang seharusnya menggunakan sumpit ini, atau siapa yang seharusnya memakai mangkok ini. 

Lalu panjang pendeknya sumpit, sumpit di Tiongkok jauh lebih panjang jika dibandingkan dengan sumpit di Jepang. Mengapa bisa demikian? 

Menurut saya, adalah kebiasaan makan masakan Tionghoa, dimana semua orang duduk berkeliling mengitari meja besar yang umumnya dipenuhi dengan banyak sekali jenis masakan. Jika menggunakan sumpit yang panjang, masakan yang terletak berjauhan tetap dapat diraih dengan mudah, juga dapat menjepitkan makanan bagi orang-orang yang duduk di dekat kita, untuk menunjukkan keramahan dan kegembiraan menerima tamu kita. 

Berbeda halnya dengan masakan Jepang, setiap orang telah diberikan porsi makanannya secara tersendiri, sama sekali tidak ada masalah dalam meraih dan menjepit makanan, juga tidak perlu mengambilkan atau menjepitkan makanan untuk orang lain. Oleh karena itu sumpit Tiongkok lebih panjang, dan sumpit Jepang lebih pendek. 

Selain itu, sumpit Jepang ujungnya selalu lancip, sebalik-nya, sumpit Tiongkok ujung-nya selalu lebih besar jika dibandingkan sumpit Jepang. Perbedaan ini sangat sulit untuk dijelaskan, menurut saya, ini dikarenakan oleh letak geografis Jepang yang dikelilingi oleh lautan, makanan utamanya adalah ikan, sementara sebagian besar orang Tiongkok hidup di daratan luas, yang makanan utamanya adalah daging. Di dalam bahasa Jepang ada sebuah kosa kata Jepang yang disebut “Sakana” yang artinya adalah ikan, di dalam bahasa Tiongkok juga ada sebuah pribahasa yang menyebutkan “kolam arak dan rimba daging”. Dari kedua patah kata ini dapat kita lihat makanan utama dari kedua bangsa ini. Maka dari itu, sumpit yang digunakan untuk memakan ikan haruslah berujung lancip yang gunanya untuk memudahkan mengeluarkan tulang dan duri ikan, sedangkan makan daging sama sekali tidak ada masalah seperti ini. 

Dari sepasang sumpit yang sedemikian kecil ini dapat kita lihat perbedaan antara Tiongkok dan Jepang, dapat menjelaskan perbedaan adat kebiasaan dan kebudayaan dari masyarakat masing-masing negara dari setiap detail yang ada. Jika kita hendak memahaminya, maka kita harus melakukan pengamatan yang lebih terperinci lagi. Saya merasa bahwa saya baru memahami sebagian kecilnya saja. 

Berbicara tentang budaya kuliner, bagaimana dengan bangsa Indonesia yang tingkatannya masih sebatas mengkonsumsi produk kuliner...? 

Bangsa Indonesia yang memiliki bentangan pulau dari Sabang sampai Merauke, yang berisi banyak suku bangsa serta mempunyai beraneka ragam hasil cipta kuliner...? apakah kita telah mempunyai kemajuan dalam budaya berkuliner...? ataukah kita lebih mengidolakan dan akan lebih "modern" dengan produk kuliner yang datang dan berasal dari luar negeri..., mari kita cermati kemajuan perdababan bangsa kita, terutama pada bidang kuliner....Karena akan lebih bijak apabila kita mengetahui produk kuliner yang datang dan berasal dari luar negeri akan tetapi kita lebih "cinta" dan merasa "modern" apabila kita lebih bangga dengan mengkonsumsi dan menikmati produk kuliner dari negeri sendiri, Indonesia.

Mari kita tunjukan kearifan dari budaya bangsa agar bangsa ini lebih bermartabat...

Salam hangat...
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Sumpit Cerminkan Perbedaan Budaya Kuliner Tiongkok dan Jepang Rating: 5 Reviewed By: widjaja
×
Judul