Sudah menjadi fitrah dari insan bernama manusia sebagai makhluk yang diberi akal dan fikiran oleh Sang Khalik. Oleh karenanya kita akan senantiasa mengenal semua bentuk ciptaan yang saling berhubungan lagi perpasangan.
Begitu juga dengan kata "kebajikan" atau "kebaikan".
Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan kebaikan sebaik rasanya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua itu adalah mereka yang melakukannya. Mereka akan merasakan “buah”nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga, mereka pun selalu lapang dada, tenang, tentram, dan damai.
Begitu juga dengan kata "kebajikan" atau "kebaikan".
Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan kebaikan sebaik rasanya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua itu adalah mereka yang melakukannya. Mereka akan merasakan “buah”nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga, mereka pun selalu lapang dada, tenang, tentram, dan damai.
Ketika diri anda diliputi kesedihan dan kegundahan, berbuat baiklah terhadap sesama manusia, niscaya anda akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. sedekahilah orang yang papa, tolonglah orang-orang yang terdzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya anda akan merasakan kebahagiaan dalam semua sisi kehidupan anda!
Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada disekitarnya. Dan manfaat psikologis dari kebajikan itu terasa seperti obat-obat manjur yang tersedia diapotik orang-orang yang berhati baik dan bersih.
Menebar senyum manis kepada orang-orang yang “miskin akhlaq” merupakan sedekah jariyah. Ini, tersirat dalam tuntunan akhlaq yang berbunyi
” …,
meski engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah berseri”(Al-Hadits)
Sedang kemuraman wajah merupakan tanda permusuhan sengit terhadap orang lain yang hanya diketahui terjadinya oleh Sang Maha Ghaib.
Seteguk air yang diberikan seorang pelacur kepada seekor anjing yang kehausan dapat membuahkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Ini merupakan bukti bahwa Sang Pemberi pahala adalah Dzat Yang Maha Pemaaf , Maha Baik dan sangat mencintai kebajikan, serta Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Wahai orang-orang yang merasa terancam oleh himpitan kesengsaraan, kecemasan, dan kegundahan hidup kunjungilah taman-taman kebajikan, sibukkan diri kalian dengan memberi, mengunjungi, membantu, menolong, dan meringankan beban sesama. Dengan semua itu niscaya kalian akan mendapatkan kebahagiaan dalam semua sisinya; rasa, warna, dan juga hakekatnya.
"Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Rabb-Nya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan" (Qs. Al-Lail:19-21)
Dengan demikian ini jangan mengharap “terima kasih” dari seseorang, walaupun orang yang kita tolong tersebut sudah seharusnya mengucapkan ucapan terima kasih kepada penolongnya.
Karena Allah menciptakan setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan-Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.
Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenimatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusia. Karena itu, anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena anda telah berbuat baik kepada mereka.
"Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka" (Qs. At-Taubah:74)
Coba anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini! Dalam salah satu babnya diceritakan: syahdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik. Ia memberinya makan, pakaian dan minum, mendidiknya hingga orang pandai, rela tak tidur demi anaknya, rela tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. Namun apa lacur, ketka sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. Ia tak hanya berani menghina, tapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakkan.
Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrahnya, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan mendatangkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak pernah habis dan sirna.
Ajakan ini bukan untuk menyuruh anda meninggalkan kebaikan yang telah anda lakukan selama ini, atau agar anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar anda tak goyah dan terpengaruh sedikitpun oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah anda perbuat. Dan janganlah anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.
Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh perlakuan keji mereka. anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang disekitar anda berbuat jahat. Dan ketahuilah bahwa tangan diatas itu lebih baik daripada tangan dibawah.
"Sesungguhnya kami memberikan makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih)" (Qs. Al-Insan:9)
Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali menjadi kacau pikrannya saat menghadapi kritikkan atau cercaan pedas dari orang-orang sekitarnya. Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar wahyu Ilahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan manusia yang selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu itu dikatakan:
"Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya ini daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghiangkan) bahaya yang menimpanya. Begitulah orang-orang yang melmpaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan" (Qs. Yunus:12)
Anda tak perlu terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada anda. Dan anda tak usah kaget, bila orang yang anda beri tongkat untuk menggiring hewan gembalaannya justru memukulkan tongkat itu kepada anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan anda.
Semoga lebih bermanfaat...
Salam hangat.
0 komentar:
Post a Comment